Jumat, 25 November 2011

Luka pasca Operasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Salah satu masalah individu ketika sakit ialah kecemasan, apalagi jika individu harus menjalani tindakan medis yaitu oprasi dan berperan sebagai pasien. Kecemasan yang timbul dalam diri pasien dipengaruhi banyak faktor terutama faktor internal. Pasien memikirkan keberhasilan dari tindakan medis oprasi dan kesembuhan dari manifestasi tindakan medis itu.
Salah satu tanda dari keberhasilan tindakan medis ini adalah sembuhnya luka pasca oprasi secara optimum. Di sinilah perawat berperan penting dalam perawatan luka post oprasi. Meskipun luka oprasi merupakan luka bersih dan rapi tetapi risiko terinfeksi tetap masih ada apalagi bila pasien dan perawat tidak berperan aktif dalam penyembuhan luka.
Apabila luka post oprasi ini tidak di rawat dengan baik dimugkinkan luka pasca oprasi ini lama sembunya atau bahkan terjadi dehiscence  dan evicerasi.
Maka dari itu dengan adanya asuhan keperawatan luka yang diberikan oleh perawat di harapkan terjadinya kesembuhan yang optimal baik fisik maupun fsikis paien.
2.      Tujuan
a.       Mengetahui askep yang baik untuk perawatan luka.
b.      Menjelaskan tentang luka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Luka Paska Oprasi
1.      Pengertian
Luka adalah adanya kerusakan pada kontinuitas/kesatuan jaringan tubuh yg disertai dengan kehilangan substansi jaringan.
Luka pasca oprasi adalah luka yang timbul setelah diadakanya tindakan medis yaitu oprasi, luka ini disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya disebabkan oleh alat-alat bedah. Luka ini biasanya merupakan luka yang telah dijahit. Dan merupakan luka bersih dan rapi.
2.      Etiologi
Luka post oprasi ini merupakan hasil dari tindakan medis berupa oprasai.
3.      Manifestasi Klinik
a.       Nyeri
·         Pasien meringis.
·         Wajah pucat.
b.      Inflamasi
·         Kulit daerah luka memerah
·         Adanya drainase dari luka
·         Oedema
c.       Pendarahan
·         Pucat
·         Konjungtiva anemis

4.      Patofisiologi
·         Infeksi
Adanya kontaminasi dari makrofag baik bakteri maupun virus.
·         Oedema
Terjadi karena pembuluh darah disekitar luka bervasodilatasi.
·         Panas
Terjadi karena meningkatanya metabolism di jaringan yang luka untuk mengadakan penyembuhan.
·         Pendarahan
Terjadi kaena pembuluh kapiler darah rusak.
B. Faktor yang mempengaruhi
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah (Yusuf , 2009).
2.    Nutrisi
Penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintasi kolagen. Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka. Elemen renik zink diperlukan untuk pembentukan epitel, sintesis kolagen (zink) dan menyatukan serat-serat kolagen (tembaga) (Potter, 2006).

Terapi nutrisi sangat penting untuk klien yang lemah akibat penyakit. Klien yang telah menjalani operasi dan diberikan nutrisi yang baik masih tepat membutuhkan sedikitnya 1500 Kkal/hari. Pemberian makan alternatif seperti melalui enteral dan parenteral dilakukan pada klien yang tersedia mampu mempertahankan asupan makanan secara normal (Potter, 2006).
3.      Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi (Yusuf , 2009).
4.      Sirkulasi (hipovolemia) dan oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka (Yusuf , 2009).
5.      Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka (Yusuf , 2009).
6.      Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri (Yusuf, 2009).
7.      Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh (Yusuf , 2009).


8.      Keadaan luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
9.      Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. (Yusuf , 2009).






c. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Waktu dan tempat : tanyakan pukul berapa tindakan medis operasi dilaksanakan.
2. Data Subyektif
a.       Usia korban
b.      Riwayat kesehatan
c.       Penyakit yang pernah diderita.
d.      Imunisasi yang pernah didapat.
e.       Nyeri pada daerah luka
3. Data Obyektif
a.       Prosentase luas luka insisi.
b.      Kedalaman luka insisi.
c.       Letak anatomis luka insisi.
d.      Kulit tampak kemerahan dan oedema
e.       Suhu tubuh bervariasi
f.       Takikardia.
g.       
b. Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan elektrolit b.d rusaknya jaringan kulit akibat luka insisi.
2.      Kerusakan integritas kulit b.d luka insisi.
3.      Hipertermi b.d meningkatnya metabolism sel di daerah luka insisi.
4.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang dan peningkatan metabolik untuk penyembuhan luka.
5.      Gangguan rasa nyaman ; nyeri b.d cedera luka bakar, pengobatan dan kerusakan jaringan.
6.      Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan barrier kulit.
7.      Resiko tinggi kontraktur b.d immobilitas akibat nyeri, bengkak.
8.      Resiko tinggi terjadi perluasan luka insisi b.d immobilisasi.
9.      Kecemasan b.d penyakit dan hospitalisasi yang lama.
10.  Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah b.d kurang informasi.


c. Perencanaan.
Diagnosa I.
Goal : Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh selama perawatan dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Intervensi :
1. Kaji dan catat luas dan kedalaman insisi.
2. Kaji dan catat turgor kulit.
3. Pantau dan catat TTV setiap 2 jam
4. Pantau dan catat balance cairan tiap 2 jam
5. Motivasi klien untuk banyak minum.
6. Siapkan minuman yang banyak dekat pasien
7. Dapatkan BB masiuk dan timbang BB setiap hari bila memungkinkan
8. Beri pengganti cairan IV dan dekat pasien
9. Monitor hasil elektrolit serum dan hematokrit.
Diagnosa II.
Goal : Integritas kulit utuh yang ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi, nyeri dan gatal.
Intervensi :
1. Kaji kerusakan integritas kulit.
2. Hindari pembalutan yang terlalu lama.
3. Gunakan kassa steril untuk pembalutan
4. Perawatan luka secara rutin dengan cara steril.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang hasil laboratorium pemberian vitamin.
Diagnosa III.
Goal : Klien akan tetap normotermix dengan suhu rectal 36-370C
Intervensi :
1. Pantau dan catat suhu rectal tiap 2-3 jam
2. Lakukan perawatan luka dengan cepat dan tepat.
3. Gunakan air untuk mandi dengan air hangat.
5. Jaga agar suhu ruangan tindakan tetap hangat
6. Balance cairan (intake-output) yang cermat
Diagnosa IV.
Goal : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi :
1. Kaji kebiasaan makan sehari-hari/selera makan.
2. Dapatkan BB sebelum mengalami luka bakar
3. Timbang BB tiap hari kalau memungkinkan.
4. Catat masukan kalori pasien.
5. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
6. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
7. Lakukan oral hygiene setiap pergantian dinas.
8. Jadwal pengobatan tidak mengganggu waktu makan.
9. Beri istirahat yang cukup sebelum makan jika pasien baru saja mengalami prosedur pengobatan sebelum makan.
10. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan saat makan.
11. Beri dorongan pada keluarga untuk membawa makan tambahan dari rumah.
12. Kolaborasi dengan dokter untuk konsultasi gizi.
13. Laksanakan program dokter, metode lain untuk memenuhi kebutuhan kalori (pemberian melalui NGT, NPT, nutrisi parenteral total) vitamin.
Diagnosa V.
Goal : Rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang.
Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap nyeri saat perawatan luka, terapi fisik saat istirahat.
2. Gunakan skala nyeri untuk mengkaji tingkat nyeri pasien.
3. Observasi TTV
4. Gunakan teknik pengalihan perhatian untuk mengalihkan nyeri.
5. Berikan obat analgetik sebelum melakukan prosedur rawat luka yang menyakitkan.
6. Jelaskan semua prosedur pada pasien.
7. Ajak pasien berkomunikasi saat memberi perawatan luka atau prosedur lainnya.
8. Kaji kebutuhan akan obat nyeri.
9. Ciptakan lingkungan yang nyaman
10. Beri posisi tidur pasien yang nyaman sesuai keadaan pasien.

Diagnosa VI.
Goal : Tidak ada tanda infeksi, suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi :
1. Terapkan semua teknik aseptik pada semua askep keperawatan pasien (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, ganti sarung tangan untuk merawat luka yang berbeda).
2. Monitor atau kaji tanda-tanda klinis infeksi
3. Monitor perubahan warna pada luka, bau, proses penyembuhan yang lama perubahan tanda vital.
4. Monitor tanda-tanda sepsis (takikardia, tensi menurun, demam, sesak, bising usus, perdarahan, bau dari luka).
5. Observasi TTV terutama suhu rektal.
6. Jaga agar kulit tetap kering dan bersih.
7. Sebelum mengoles krim topikal bersihkan dan bilas luka terlebih dahulu.
8. Pertahankan lingkungan yang bersih :
a.       Tempatkan pasien pada daerah yang tidak banyak orang
b.      Jangan pergunakan rawat luka yang telah digunakan untuk pasien lama tanpa disterilkan terlebih dahulu.
c.       Gunakan masker, sarung tangan steril-scort, penutup kepala saat merawat pasien.
d.      Bersihkan ruangan pasien setiap hari.
9. Pertahankan personal hygiene pasien.
10. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian ATS, antibiotik, laboratorium.
Diagnosa VII.
Goal : Tidak terjadi kontraktur
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan mobilisasi pada area luka bakar yang mempunyai kecenderungan untuk terjadi kontraktur.
2. Perhatikan posisi tubuh yang benar saat pasien istirahat (extremitas bawah tetap ekstensi, extremitas atas agak fleksi).
3. Latihan ROM tiap hari kurang lebih 5 menit setiap 2-4 jam
4. Konsultasi fisioterapi.
Diagnosa VIII.
Goal : Tidak terjadi perluasan luka bakar
Intervensi :
1. Cegah cedera tekan dengan memberi bantalan pada bagian yang menonjol.
2. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang mengganggu atau ketat.
3. Tinggikan extremitas untuk menghindari edema.
4. Observasi extremitas atau kulit terhadap penurunan aliran darah.
5. Kaji tingkat nyeri saat melakukan ROM aktif.
Diagnosa IX.
Goal : Kecemasan berkurang
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga.
2. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
3. Dampingi pasien dan keluarga saat dibutuhkan]
4. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan.
5. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan.
6. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk konsultasi dengan dokter.
7. Beri masukan dari orang lain.
Diagnosa X.
Goal : Pengetahuan pasien bertambah
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan luka bakar.
2. Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
3. Libatkan keluarga dan pasien dalam perawatan.
4. Jelaskan pada keluarga dan pasien cara merawat luka bakar yang benar.
5. Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk kembali ke dokter/RS bila ada tanda-tanda infeksi.
d.        Implementasi
1.      Menberikan makanan tinggi protein.
2.      Memberikan minuman tinggi protein.
3.      Memberikan multivitamin.
4.      Membalut luka.
5.      Merawat luka dan membersihkan luka setiap hari.
6.      Mengganti perban dan pembalut.
7.      Mengukur suhu tubuh.
8.      Mengukur tekanan darah.
9.      Menghitung denyut janung.
10.  Memnadikan pasien dengan air hangat.
11.  Menjaga suhu ruangan tetap.
12.  Melakukan distraksi relaksasi.
13.  Memberikan obat analgetik anti phyretik.
14.  Menciptakan lingkungan yang nyaman.
15.  Menjaga luka tetap kering
16.  Memberikan antibiotic.
17.  Melakukan alih baring.
18.  Memberikan motivasi.
19.  Memberikan penkes.



e.       Evaluasi
Evaluasi :
·         Turgor kulit kenyal dan elastis
·         TTV dalam batas normal.
·         Tidak terjadi sianosis
·         Pasien tenang dan tidak gelisah
·         Intake-ouput seimbang (produksi urine  30cc/menit)
·         Laboratorium dalam batas normal (HT darah normal 37-40%).
·         Masukan dan keluaran cairan yang seimbang.
·         Suhu tubuh pasien tidak kurang dari 36-370C
·         Kebutuhan kalori dan pasien terpenuhi.
·         Pasien menghasbiskan makan yang diberikan sesuai program.
·         Berat badan dalam batas normal.
·         Tingkat nyeri akan menurun sejalan dengan penyembuhan luka (skala nyeri menurun).
·         Ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks.
·         Tanda vital (pernapasan dan nadi) dalam batas normal.
·         Tidak ada tanda-tanda infeksi.
·         Suhu tubuh dalam keadaan normal.
·         Luka bersih dan kering
·         Hasil laboratorium dalam batas normal.
·         Pasien mobilisasi secara bertahap.
·         Pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
·         Warna kulit tidak pucat dan kehitaman
·         Extremitas tidak edema.
·         Kecemasan berkurang
·         Pasien dan keluarga dapat bekerja sama
·         Tidak gelisah, bisa istirahat
·         Anak tidak rewel.
·         Pasien dan keluarga dapat menjelaskan/mengungkapkan tentang perawatan luka dirumah.
·         Pasien dan keluarga dapat merawat luka sendiri selama beberapa hari sebelum keluar dari rumah sakit atau pulang.















BABA III

A.    Penutup
Demikian isi makalah yang dapat kami buat. Kami sadar kami masih belum sempurna tetapi kami berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk semua kalangan. Kritik dan saran yang membangun kami terima.
B.     Kesimpulan
Luka pasca oprasi ialah luka yang disebabkan oleh tindakan medis yaitu oprasi dan biasanya merupakan luka insisi dan luka yang besih. Lukany halus dan di jahit dengan rapi sehingga memungkinkan penyembuhan yang cepat bila di rawat dengan baik.
C.    Saran
Rawatlah luka sebaik mungkin agar tidak terjadi infeksi dan gangguan patologi lain. Untuk para perawat berikanlah askep yag tepat untuk merawat luka dan menanggukangi manifestasi klinik yang timbu.






DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Christantie, S.Kp, “Perawatan Pasien Luka Bakar”, Editor, Yasmin Asih-Jakarta : EGC, 1999.
Smeltzer C. Suzanne and Bare G. Brande, Brunner and Suddarth’s, “Keperawatan Medikal Bedah”, Ed 8, Vol 3. jakarta : EGC, 2001.
Marlyn E. Doenges, dkk, “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3 Jakarta, EGC, 1999.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda
terimakasih telah berkunjung ke blog saya :)
semoga bermanfaat :)