Jumat, 25 November 2011

Pemeriksaan fisik SISTEM RESPIRATORI

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRATORI



 BAB I
PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemeriksaan Fisik Sistem Respiratori
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.


Pedoman Melakukan Pengkajian Klinik
Pengkajian Keperawatan Awal
Komponen pengkajian awal yang digunakan termasuk :
1.      Menentukan keluhan klien
2.      Inspeksi cepat penampilan umum, pola/frekuensi pernafasan dan konfigurasi toraks.
Berdasarkan tanda-tanda klinis yang teramati selam pengkajian awal,status pernafasan klien mungkin dalam salah satu ketegori berikut :
1.      Distress Pernafasan akut
a.       Penampilan Umum
1)      Klien tampak sangat gelisah atau latergik
2)      Klien mengucapkan “Saya tidak bisa nafas”, atau tidak bisa berbicara.
3)      Kulit berkeringat, pucat, kebiruan, atau kemerahan.
b.      Pola/ Frekuensi Pernafasan
1)      Frekuensi meningkat > 20 kali atau mnurun <12 kali.
2)      Nafas dalam dan mengap-mengap.
3)      Terdapat pola abnormal seperti mengi, krekels (rales).
4)      Rasio Inspirasi/ekspirasi ( I:E) memanjang.
c.       Konfigurasi toraks
1)      Pernafasan menggunakan otot-otot asesori dengan naiknya klavikula sangat jelas terlihat, peregangan otot-otot interkosta.
2)      Dada tampak asimetris pada saat istirahat atau saat ekspansi paru.
2.      Distress pernafasan sedang
a.       Penampilan umum
1)      Tampak agak gelisah atau mencoba untuk meminimalkan distress pernafasan.
2)      Kulit tampak berkeringat, kemerahan, atau keabu-abuan.
b.      Pola/ Frekuensi Pernafasan
1)      Frekuensi pernafasan agak meningkat.
2)      Rasio Insipirasi/ekspirasi agak sedikit memanjang.
c.       Konfigurasi toraks
1)      Sedikit ada kenaian klavikula.
3.      Distress pernafasan ringan
a.       Penampilan umum
1)      Rileks
2)      Dapat mengungkapkan keluhan utama secara detail
3)      Kulit tampak translusen, warna dalam batas normal
b.      Pola/ Frekuensi Pernafasan
1)      Normal atau sedikit meningkat
c.       Konfigurasi toraks
1)      Pernafasan toraks atau diafragma

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1.  Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
tabel2


2.  Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
a.    Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
b.   Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering.
c.    Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
d.   Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
fig0204.jpg (11356 bytes)
Posisi kedua tangan sewaktu palpasi thorax anterior


fig0203.jpg (10384 bytes)


Temuan pada Pemeriksaan Palpasi Paru
PALPASI
NORMAL
ABNORMAL
Kulit dan dinding dada
Kulit tak nyeri tekan, lembut, hangat, dan kering.





Tulang belakang dan iga tak nyeri tekan.
Kulit lembab atau terlalu kering
Krepitus – berbunyi tajam ketika di palpasi yang disebabkan oleh kebocoran udara dari paru-paru kedalam jaringan subkutan.
Nyeri tekan setempat
Fremitus
Simetris, vibrasi ringan teraba pada dinding dada selama bersuara.
Peningkatan fremitus – akibat vibrasi melalui media adat, seperti pada tumor paru.
Penurunan fremitus – akibat vibrasi melalui peningkatan ruang dalam dada, seperti pada pneumothorak atau obesitas.
Fremitus asimetris merupkan suatu kondisi yang tidak normal.
Ekspansi dada lateral
Ekspansi simetris 3-8 cm
Ekspansi kurang dari 3 cm, nyeri atau asimetris.

3.  Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
a.    Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
b.   Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
c.    Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
d.   Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

           Prosedur perkusi
a.       Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik daripada melakukan pengetukan lebih keras


fig0206.jpg (9521 bytes)
b.      Pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)
fig0207.jpg (8429 bytes)
c.       Pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari dengan cepat agar getaran tidak teredam.

fig0208.jpg (9433 bytes)



Pemeriksaan :
a.       Membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan


fig0210.jpg (16784 bytes)






b.      Menentukan batas bawah paru

fig0205.jpg (28836 bytes)


 NOTE (secara normal : orang Indonesia batas bawah pulmo dextra posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal IX atau thoracal X, batas bawah pulmo sinistra posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal VIII atau IX)




Temuan pada Pemeriksaan Perkusi Paru
PERKUSI
NORMAL
ABNORMAL
Bidang Paru
Bunyi resonan, tingkat kenyaringan rendah, menggaung, mudah terdengar, kualitas sama pada kedua sisi.
Hiperesonan : akan terdengar pada pengumpulan udara atau pneumotoraks.
Pekak atau datar : terjadi akibat enurunan udara di dalam paru-paru (tumor, cairan)
Gerakan dan posisi diafragma
Letak diafragma pada torakik ke -10, setiap hemidiafragma bergerak 3-6 cm.
Posisi tinggi - distensi lambung atau kerusakan saraf frenikus. Penurunan atau tanpa gerakan pada kedua hemodiafragma.




4.  Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
a. Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
b. Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
c. Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura














BAB III
PENUTUP






























DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda
terimakasih telah berkunjung ke blog saya :)
semoga bermanfaat :)