Jumat, 04 November 2011

Pemeriksaan fisik

PEMERIKSAAN FISIK
 




DEFINISI :
Pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan dari suatu system atau suatu organ bagian tubuh dengan cara :
·         melihat (inspeksi )
·         meraba ( palpasi )
·         Mengetuk ( perkusi )
·         mendengar ( auskultasi ).


TUJUAN PEMERIKSAAN


  • Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan penyakit pasien
  • Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat kesehatan pasien
  • Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
  • Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan pasien


PRINSIP – PRINSIP UMUM


1.    Dilakukan secara sistematis dan komprehensif
2.    Memperhatikan hal-hal :

·         Kesopanan

·         Komunikasi dengan bahasa mudah dimengerti

·         Menjaga hubungan dengan pasien
·         Tumbuh kembang pasien
·         Sesuai dengan masalah dan kondisi pasien ( focus )
·         Pencahayaan dan lingkungan memadai
4.    Dilakukan dengan tepat, aman dan nyaman :
5.    Posisi sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan
6.    Selalu berada disisi kanan pasien
7.    Hasil pemeriksaan didokumentasikan secara tepat dan benar



SISTEMATIKA  DAN PENDEKATAN TEHNIK PEMERIKSAAN

Pada Umumnya menggunakan 2 pendekatan :
1.   Pendekatan system tubuh :
·                                                                                                         Sistem pernapasan
·                                                                                                         System cardiovaskuler
·                                                                                                         Sistem pencernaan
·                                                                                                         System muskuloskeletal
·                                                                                                         Sistem persyarafan dan sensori
·                                                                                                         Sistem integumen
·                                                                                                         Sistem perkemihan dan genetalia



2.   Heat toe to toe :
  • Kepala dan leher
  • Dada dan punggung
  • Abdomen
  • Kulit dan genetalia
  • anggota gerak : Atas dan bawah


TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK


--> Dilakukan dengan 4 cara : Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

1.  Inspeksi
--->  Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat .

Hasil pemeriksaan yang didapat :
·         Kesan umum penderita
·         Warna permukaan tubuh
·         Bentuk dan postur tubuh
·         Ukuran tubuh dan bagiannya
·         Gerakan dan gaya tubuh

Langkah kerja :
·         Atur pencahayaan yang cukup
·         Atur suhu dan suasana ruangan nyaman
·         Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
·         Buka bagian yang diperiksa
·         Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penanmpilan umum, pakainan, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.
·         Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
·         Bentuk tubuh : kurus, atletis, gemuk
·         Cara berjalan dan gerakan
·         Adanya deformitas
·         Keadaan kulit, rambut, mukosa, kuku secara umum
·         Ekspresi wajah
·         Perbandingan ukuran
·         Cirri-ciri lain yang didapat


2.  Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan.

Hasil pemeriksaan :
·         Permukaan : halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak, dingin, dll
·         Getaran dan denyutan : Denyut nadi dan vena, pukulan jantung, dll
·         Keadaan alat dibawah permukaan : keadaan hepar, masa abnormal dll.



Cara kerja :
·         Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi
·         Cuci tangan
·         Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya
·         Yakinkan tangan hangat tidak dingin
·         Lakukan perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan :
·         Jari telunjuk dan ibu jari --> menentukan besar/ukuran
·         Jari 2,3,4 bersama --> menentukan konsistensi dan kualitas benda
·         Jari dan telapak tangan --> merasakan getaran
·         Sedikit tekanan --> menentukan rasa sakit


3.  Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan cara perantara jari tangan, untuk mengetahui keadaan organ-organ didalam tubuh.

Hasil Pemeriksaan :
--> Dengan perkusi diketahui isi jaringan dibawah permukaan tubuh. Ada 5 kualital dasar bunyi perkusi :
·         Pekak : masa padat
·         Redup : suara perkusi hati
·         Sonor : suara perkusi paru normal
·         Hypersonor :  Paru emfisematous
·         Tympani : suara normal abdomen

Cara Kerja :
·         Lepas Pakaian sesuai dengan keperluan
·         Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan diperkusi.
·         Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.
·         Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.

4.  Auskultasi
Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan alat STETOSKOP.

STETOSKOP

Bagian-bagian stetoskop :
  • Ear Pieces --> dihubungkan dengan telinga
  • Sisi Bell ( Cup ) --> pemeriksaan thorak atau bunyi dengan nada rendah
  • Sisi diafragma ( membran ) --> Pemeriksaan abdomen atau bunyi dengan nada tinggi.

Hasil Pemeriksaan ;
Bunyi dalam tubuh normal dihasilkan oleh :
  • Paru --> bunyi napas
  • Jantung --> bunyi karena menutupnya katub jantung
  • Usus / abdomen --> bunyi bising dan peristaltic usus
  • Pembuluh darah --> bunyi aliran darah
Cara Kerja :
  • Ciptakan suasana tenang dan aman
  • Pasang Ear piece pada telinga
  • Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar
  • Pada bagian sisi membran dapat digosok biar hangat
  • Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan kebutuhan.


PERSIAPAN PEMERIKSAAN FISIK

PERSIAPAN LINGKUNGAN


  • Dilakukan di dalam ruangan dengan alat cukup
  • Cahaya cukup
  • Ruang kedap suara lebih ideal
  • Ruangan cukup hangat dan nyaman
  • Pengaturan tempat tidur agar mudah dalam pemeriksaan


PERSIAPAN ALAT


  • Alat tersedia, siap pakai dan tersusun bersurutan sesuai dengan kebutuhan.
  • Alat-alat pemeriksaan fisik antara lain : Stetoskop, othoskop, spignomanometer, termometer, Spikulum, sudip lidah, Garputala, perkusi hamer, snelen cart, senter ( pen light ), penutup ( selimut kerja ), pita pengukur, jam tangan, sarung tangan, dll.


PERSIAPAN FISIK PASIEN


  • Pastikan kenyamanan fisik pasien
  • Pastikan bahwa pasien memakai penutu dengan baik
  • Pastikan bahwa pasien tetap hangat ( merasa nyaman dengan pemeriksaan )
  • Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan :
Duduk : tegak (  fowler ), merebah ( semi fowler ), Merunduk
è untuk pemeriksaan Kepala dan leher, punggung, thorak, ketiak, vital sign dan ektremitas.
Terlentang ( supinasi ) --> kepala ditinggikan 15-30 derajat
è untuk pemeriksaan Kepala dan leher, punggung, thorak, ketiak, vital sign dan ektremitas, abdomen.
Dorsal rekumbet
è untuk pemeriksaan Kepala dan leher, punggung, thorak, ketiak, abdomen.
Litotomi
è genetalia dan traktus urianri wanita
Sims ( miring )
è Rectum
Tengkurap ( pronasi )
è Otot rangka
Posisi Lulut dada
è rectum.


PERSIAPAN PSIKOLOGIS PASIEN


·         Memulai pemerikasaan dengan menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
·         Gunakan dengan bahasa sederhana mudah dipahami
·         Beri kesempatan pasien untuk bertanya atau menentukan keperluan yang diinginkan
·         Sebaiknya pemeriksa sesuai dengan jenis kelamin pasien
·         Monitor respon emosional pasien selama pemeriksaan
·         Kaji adanya ketakutan atau kecemasan
·         Tidak memaksa klien untuk melaksanakn pemeriksaan.


 

SISTEMATIKA UMUM PEMERIKSAAN FISIK


·        Keadaan / situasi umum
·        Pemeriksaan tanda-tanda vital
·        Pemeriksaan kepala
·        Pemeriksaan mata
·        Pemeriksaan telinga
·        Pemeriksaan hidung dan sinus
·        Pemeriksaan mulut dan faring
·        Pemeriksaan leher
·        pemeriksaan thorak dan paru
·        pemeriksaan system cardiovaskuler
·        Pemeriksaan payudara
·        pemeriksaan abdomen
·        Pemeriksaan Genetalia
·        pemeriksaan rectum dan anus
·        Pemeriksaan system integumen
·        Pemeriksaan system muskuloskeletal
·        pemeriksaan system persyarafan



















PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM PASIEN


  • Keadaan umum menunjukkan kondisi pasien secara umum akibat penyakit atau keadaan yang dirasakan pasien.
  • Dilihat secara langsung oleh pemeriksa dan dilakukan penilaian. Yang dapat dilakukan saat kontak pertama, saat wawancara atau selama melakukan pemeriksaan yang lain.

Hal – hal yang perlu dikaji dan dicatat :

  • Penampilan umum : tegak/baik, lemah, sakit akut/kronis.
  • Tanda distress : merintih, berkeringat, gemetar
  • warna kulit : pucat, sianosis, icterus
  • Tinggi dan bentuk tubuh : tinggi/pendek, berotot
  • Perkembangan seksual : rambut majah, suara, payudara
  • BB/TB pengukuran dan penampilan : kurus, gemuk , tinggi kurus
  • Postur dan gaya berjalan : ataksia, pincang, paralysis
  • Cara berpakaian, berhias dan kebersihan : rapi dan bersih
  • Bau badan dan napas : Alkohol, DM, uremia ( keton ), fetor hepatica
  • Ekspresi wajah : Tegang, rileks, takut, cemas
  • Bicara : lambat, serak, cepat,

Pemeriksaan Tingkat Kesadaran :

Secara Kwantitas :
Komposmetis, Apatis, Somnolen, Delirium, Stupor, Supor-koma, Koma

Secara kwantitas
Memakai nilai GCS ( Glasgow Coma Scale )
1.    Respon membuka mata  ( nilai 1-4 )
Dekati pasien dan perhatikan respon membuka mata pasien dan beri stimula si perintah dan nyeri pada pemeriksaan berikutnya :
1  membuka spontan
2  dengan perintah
3  dengan rangsangan nyeri
4  dengan nangsangan nyeri tidak membuka mata

2.    Respon verbal ( nilai 1-5 )
Tanyakan kepada pasien dengan pertanyaan mudah dan sederhana :
1     orientasi baik ( sesuai pertanyaan dan kalimat baik )
2     tidak sesuai dengan pertanyaan, struktur kalimat baik
3     struktur kalimat kacau
4     hanya bersuara
5     tidak bersuara

3.    Respon motorik ( nilai 1 – 6 )
Perintahkan pasien untuk menggerakkan  tangan dan beri stimulasi nyeri pada pemeriksaan berikutnya :
1     dapat menggerakkan  tangan sesuai perintah
2     Melokalisir dengan stimulasi
3     Menghindar/ menolak / meronta dengan stimulasi
4     Fleksi dengan stimulasi
5     Ekstensi dengan stimulasi
6     Tidak ada respon
PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER



Tujuan pemeriksaan :
  • Mengidentifikasi bentuk kepala serta bagiannya,
  • Mengetahui fungsi mata, telinga, hidung dan mulut
  • Mengidentifikasi bentuk dan kelainan pada leher

Alat – alat :
Tempat duduk, Lampu kepala, Spikulum hidung dan telinga, Othoskopi, Fundoskopi, tonometri, pen light, kaca laring, sudip lidah, garputala, arloji.


KEPALA

·   Rambut kepala : kuantitas, penyebaran, dan tekstur
Normal : hitam, halus, tidak bercabang
Abnormal : kasar, bercabang, mudah rontok, beruban, merah, sangat halus.

·   Kulit Kepala : ada lesi atau benjolan à tumor, luka, psoriasis/ketombe )

·   Tulang Tengkorak : ukuran dan kontur à Hidrosepalus, lekukan karena trauma

·   Wajah : kedaan kulit wajah, kesimetrisan, adanya lesi, ekspresi wajah
Normal : wajah rileks, warna kemerahan dan simetris
Abnormal : pucat, asimetris, terdapat lesi, tegang

·   Kedaan rambut pada wajah à madarosis, tumbuh rambut berlebihan

Cara Kerja :
1.    Atur posisi pasien duduk, atau berdiri
2.    Bila pakai kaca mata dilepas
3.    Lakukan inpeksi rambut dan rasakan keadaan rambut, serta kulit dan tulang kepala
4.    Inspeksi keadaan muka pasien secara sistematis.


MATA

Inspeksi
à diamati mulai dari bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera dan pupil

Bola mata

Cara Kerja :

  1. Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan : endo/eksoptalmus, strabismus.
  2. Anjurkan pasien memandang lurus kedepan, catat adanya kelainan nistagmus.
  3. Bedakan antara bola mata kanan dan kiri
  4. Luruskan jari dan dekatkan dengan jarak 15-30 cm
  5. Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari, dan gerakan jari pada 8 arah untuk mengetahui fungsi otot gerak mata.

Kelopak Mata

  1. Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis, entro/ekstropion, alismata rontok, lesi, xantelasma.
  2. Dengan palpasi, catat adanya nyeri tekan dan  keadaan benjolan kelopak mata

Konjungtiva, sclera dan kornea

  1. Beritahu pasien melihat lurus ke depan
  2. Tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati konjungtiva dan catat adanya kelainan : anemia / pucat. ( normal : tidak anemis )
  3. Kemudian amati sclera, catat adanya kelainan : icterus, vaskularisasi, lesi / benjolan ( norma : putih )
  4. Kemudian amati sklera, catat adanya kelainan : kekeruhan ( normal : hitam transparan dan jernih )

Pemeriksaan pupil

  1. Beritahu pasien pandangan lurus ke depan
  2. Dengan menggunakan pen light, senter mata dari arah lateral ke medial
  3. Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil,  reflek pupil menurun, bandingkan kanan dan kiri
Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm
Abnormal : reflek pupil menurun/-, Anisokor, medriasis/meiosis

Pemeriksaan tekanan bola mata

Tampa alat :
Beritahu pasien untuk memejamkan mata, dengan 2 jari tekan bola mata, catat adanya ketegangan dan bandingkan kanan dan kiri.

Dengan alat :
Dengan alat Tonometri ( perlu ketrampilan khusus )

Pemeriksaan tajam penglihatan

  1. Siapkan alat : snelen cart dan letakkan dengan jarak 6 meter dari pasien.
  2. Atur posisi pasien duduk/atau berdiri, berutahu pasien untuk menebak hurup yang ditunjuk perawat.
  3. Perawat berdiri di sebelah kanan alat, pasien diminta menutup salah satu mata ( atau dengan alat penutup ).
  4. Kemudian minta pasien untuk menebak hurup mulai dari atas sampai bawah.
  5. tentukan tajam penglihatan pasien

Pemeriksaan lapang pandang

  1. perawat berdiri di depan pasien
  2. bagian yang tidak diperiksa ditutup
  3. Beritahu pasien untuk melihat lurus kedepan ( melihat jari )
  4. Gerakkan jari kesamping kiri dan kanan
  5. jelaskan kepada pasien, agar memberi tahu saat tidak melihat jari





TELINGA

Bagian – bagian yang diperiksa :
  • Daun telinga dengan inspeksi dan palpasi
  • Lubang telinga luar dengan inspeksi
  • Lubang telinga bagian dalam dan membrane tympani dengan alat othoskopy
  • Fungsi pendengaran tampa alat dan dengan alat : arloji, garputala atau audiometri

·   Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane tympani

  1. Atur posisi pasien duduk
  2. Perawat berdiri di sebelah sisi pasien, amati daun telinga dan catat : bentuk, adanya lesi atau bejolan.
  3. tarik daun telinga ke belakang atas, amati lubang telinga luar , catat adanya : lesi, cerumen, dan cairan yang keluar.
  4. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya nyeri telinga.catat adanya nyeri telinga.
  5. Masukkan spikulum telinga, dengan lampu kepala / othoskop amati lubang telinga dan catat adanya : cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang.
  6. Kemudian perhatikan membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan keutuhannya. ( normal : warna putih mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh )
  7. Lakukan prosedur 1-6 pada sisi telinga yang lain.

·   Pemeriksaan fungsi pendengaran

Tujuan :
menentukan adanya penurunan pendengaran dan menentukan jenis tuli persepsi atau konduksi.

Tehnik pemeriksaan :

1.   Voice Test ( tes bisik )

Cara Kerja :
·   Dengan suara bilangan

1.    perawat di belakang pasien dengan jarak 4-6 meter
2.    bagian telinga yang tidak diperiksa ditutup
3.    bisikkan suatu bilangan ( tujuh enan )
4.    beritahu pasien untuk mengulangi bilangan tersebut
5.    bandingkan dengan telinga kiri dan kanan

·   Dengan  suara detik arloji

1.    pegang arloji disamping telinga pasien
2.    beritahu pasien menyatakan apakah mendengar arloji atau tidak
3.    Kemudian jauhkan, sampai pasien tidak mendengar ( normal : masih terdengar pada jarak 30 cm )
4.    lakukan pada kedua sisi telinga dan bandingkan




2.  Test garputala

·  Rinne test

1.    Perawat duduk di sebelah sisi pasien
2.    Getarkan garputala, dengan menekan jari garputala dengan dua jari tangan
3.    letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan jelaskan pasien agar memberitahu bila tidak merasakan getaran.
4.    Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan ujung jari garputala pada lubang telinga, dan anjurkan penderita agar memberutahu mendengar suara getaran atau tidah. Normalnya : pasien masih mendengar saat ujung garputala didekatkan pada lubang telinga.

·  Weber test
1.    getarkan garputala
2.    Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi pasien
3.    Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga mendengar lebih keras ( lateralisasi kana/kiri). Normalnya getaran didengar sama antara kanan dan kiri.

·  Scwabach Test
1.    Getarkan garputala
2.    letakkan ujung jari garputala pada lugang telinga pasien
3.    kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan dengan pemeriksa.

3. Test Audiometri

·   Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
    1. Test Romberg
    2. Test Fistula
    3. Test Kalori


HIDUNG DAN SINUS

·         Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus

4.    Pemeriksa duduk di hadapan pasien
5.    Amati bentuk dan kulit hidung, catat : kesimetrisan, adanya benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus hidung.
6.    Palpasi hidung, catat : kelenturan dan adanya nyeri
7.    Palpasi 4 sinus hidung ( frontalis, etmoidalis, spenoidalis, maksilaris ) catat : adanya nyeri tekan

·         Inspeksi hidung bagian dalam

  1. Pemeriksa duduk dihadapan pasien
  2. Pakai lampu kepala dan elevasikan ujung hidung dengan jari
  3. Amati lubang hidung luar, catat : benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.
  4. masukkan spikulum hidung, amati lubang hidung bagian dalam, catat : benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.


·         Pemeriksaan potensi hidung

1.    Duduklah dihadapan pasien
2.    Tekan salah satu lubang hidung, beritahu pasien untuk menghembuskan napas lewat hidung.
3.    Lakukan bergantian, suruh pasien merasakan apakah ada hambatan, dan bandingkan kanan dan kiri.

·         Pemeriksaan fungsi penghidu

1.    Mata pasien dipejamkan
2.    Salah satu lubang hidung ditekan
3.    Gunakan bahan yang mudah dikenali, dekatkan ke lubang hidung dan minta pasien untuk menebaknya
4.    Lakukan pada ke dua sisi.


MULUT DAN TONSIL

  1. Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa
  2. Amati bibir, catat : merah, cyanosis, lesi, kering, massa/benjolan, sumbing
  3. Buka mulut pasien, catat : kebersihan dan bau mulut, lesi mukosa
  4. Amati gigi, catat : kebersihan gisi, karies gigi, gigi berlubang, gigi palsu.
  5. Minta pasien menjuliurkan lidah, catat : kesimetrisan, warna, lesi.
  6. Tekan lidah dengan sudip lidah, minta pasien membunyikan huruh “ A “, amati uvula, catat : kesimetrisan dan tanda radang.
  7. Amati tonsil tampa dan dengan alat cermin, catat : pembesaran dan tanda radang tonsil.


LEHER

·       Kelenjar Tyroid
Inspeksi :
Pasien tengadah sedikit, telan ludah, catat : bentuk dan kesimetrisan

Palpasi :
Pasien duduk dan pemeriksa di belakang, jari tengah dan telunjuk ke dua tangan ditempatkan pada ke dua istmus, raba disepanjang trachea muali dari tulang krokoid dan kesamping, catat : adanya benjolan ; konsidstensi, bentuk, ukuran.

Auskultasi :
Tempatkan sisi bell pada kelenjar tyroid, catat : adanya bising ( normal : tidak terdapat )

·       Trakhea
Inspeksi :
Pemeriksa disamping kanan pasien, tempelkan jari tengah pada bagian bawah trachea, raba ke atas dan ke samping, catat : letak trachea, kesimetrisan, tanda oliver ( pada saat denyut jantung, trachea tertarik ke bawah ),
Normalnya : simetris ditengah.

·       JVP ( tekanan vena jugularis )
Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan batas atas denyut vena jugularis, beritahu pasien merubah posisi ke duduk dan amati pulsasi denyut vena. Normalnya : saat duduk setinggi manubrium sternum.
Atau
Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan titik nol ( titik setinggi manubrium s. ) dan letakkan penggaris diatasnya, tentukan batas atas denyut vena, ukur tinggi denyut vena dengan penggaris.
     Normalnya : tidak lebih dari 4 cm.

·        Bising Arteri Karotis
Tentukan letak denyut nadi karotis ( dari tengah leher geser ke samping ), Letakkan sisi bell stetoskop di daerah arteri karotis, catat adanya bising. Normalnya : tidak ada bising.



PEMERIKSAAN THORAX DAN PARU


Tujuan Pemeriksaan :
  • Mengidentifikasi kelaian bentuk dada
  • Mengevaluasi fungsi paru


INSPEKSI

Hal – hal yang perlu diperhatikan :
  1. Bentuk dada
  2. Kesimetrisan dada
  3. Gerakan napas / tanda-tanda sesak napas
  4. Kelaian lain : pelebaran vena dada ( spider nevi )

Cara Kerja :

1.    Posisi pasien dapat duduk dan atau berbaring
2.    Dari arah atas tentukan kesimetrisan dada, Normalnya : simetris,
3.    Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada.

Normalnya : Ant-posterior : tranversal = 1:2
Abnormal :
·   Pigeon Chest ( En bateou ) à Diameter Tranversal sempit, ant-post membesar dan costae menonjol.
·   Funnel Chest ( Pectus Excavatus ) à Cekung ke dalam
·   Barrel Chest ( emfisematous ) à seperti tong 1 : 1
·   Phtisis Chest à panjang dan gepeng
·   Rachitis chest à persambungan tulang dan tulang rawan masuk ke dalam

4.    Dari arah depan, catat :  gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas

Normalnya : Gerak napas simetris 16 – 24 X, abdominal / thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot napas dan retraksi interkostae.
Abnormal :
·   Tarchipneu à napas cepat ( > 24 X ) , misal ; pada demam, gagal jantung
·   Bradipneu à napas lambat ( < 16 X ), misal ;pada uremia, koma DM, stroke
·   Cheyne Stokes à napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu berulang-ulang. Misal : pada Srtoke, penyakit jantung, ginjal.
·   Biot à Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal : meningitis
·   Kusmoul à Pernapasan lambat dan dalam, misal ; koma DM, Acidosis metabolic
·   Hyperpneu à napas dalam, dengan kecepatan normal
·   Apneustik à ispirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek, misal pada lesi pusat pernapasan.
·   Dangkal à emfisema, tumor paru, pleura Efusi.
·   Asimetris à pneumonie, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumor paru.
  1. Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena dada, normalnya : tidak ada.


PALPASI

Hal – hal yang perlu diperhatikan :
  • Nyeri tekan
  • Adanya benjolan
  • Gerakan dinding thorax dan daya ekspansi paru
  • Getaran suara ( fremitus fokal )

Cara Kerja :

1.    Atur posisi pasien duduk atau berbaring
2.    lakukan palpasi daerah thorax, catat ; adanya nyeri, adanya benjolan ( tentukan konsistensi, besar, mobilitas … )

3.    Dengan posisi berbaring / semi fowler, letakkan kedua tangan ke dada, sehingga ke dua ibu jara berada diatas Procecus Xypoideus, pasien diminta napas biasa, catat : gerak napas simetris atau tidak dan tentukan daya kembang paru ( normalnya 3-5 cm ).
Atau
Dengan posisi duduk merunduk, letakkan ke dua tangan pada punggung di bawah scapula, tentukan : kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru

4.    Letakkan kedua tangan seperti pada no 2/3, dengan posisi tangan agak ke atas, minta pasien untuk bersuara ( 77 ), tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan kiri.
Menurun : konsolidasi paru, pneumonie, TBC, tumor paru, ada masa paru
Meningkat : Pleura efusi, emfisema, paru fibrotik, covenrne paru.


PERKUSI

·   Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas paru dan adanya kelainan pada paru atau thorax.
·   Suara perkusi normal pada paru adalah Sonor.

Cara Kerja :

1.    Atur posisi pasien berbaring / setengah duduk
2.    Gunakan tehnik perkusi, dan tentukan batas – batas paru
Batas paru normal :
·   Atas : Fossa supraklavikularis kanan-kiri
·   Bawah : iga 6 MCL, iga 8 MAL, iga 10 garis skapularis, paru kiri lebih tinggi
Abnormal :
·   Meningkat à anak, fibrosis, konsolidasi, efusi, ascites
·   Menurun à orang tua, emfisema, pneumothorax

3.    lakuka perkusi secara merata pada daerah paru, catat adanya perubahan suara perkusi :
Normalnya : sonor/resonan  ( dug )
Abnormal :
·         Hyperresonan à menggendang ( dang ) : thorax berisi udara, kavitas
·         Kurang resonan à “deg” : fibrosis, infiltrate, pleura menebal
·         Redup à “bleg” : fibrosis berat, edema paru
·         Pekak à seperti bunyi pada paha : tumor paru, fibrosis


AUSKULTASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
  • Suara napas
  • Resonan Fokal
  • Suara tambahan


Cara kerja :

1.    Atur posisi pasien duduk / berbaring
2.    Dengan stetoskop, auskultasi paru secara sistematis pada trachea, bronkus dan paru, catat : suara napas dan adanya suara tambahan.
Suara napas
Normal :
·         Trachea brobkhial à suara di daerah trachea, seperti meniup besi, inpirasi lebih keras dan pendek dari ekspirasi.
·         Bronkhovesikuler à suara di daerah bronchus ( coste 3-4 di atas sternum ), inpirasi spt vesikuler, ekspirasi seperti trac-bronkhial.
·         Vesikuler à suara di daerah paru, nada rendah inspirasi dan ekspirasi tidak terputus.

Abnormal :
·         Suara trac-bronkhial terdengar di daerah bronchus dan paru ( missal ; pneumonie, fibrosis )
·         Suara bronkhovesikuler terdengar di daerah paru
·         Suara vesikuler tidak terdengar. Missal : fibrosis, effuse pleura, emfisema

Suara tambahan
Normal : bersih, tidak ada suara tambahan
Abnormal :
·         Ronkhi à suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lender atau secret pada bronchus.
·         Krepitasi / rales à berasal daru bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan ( seperti gesekan rambut / meniup dalam air )
·         Whezing à suara seperti bunyi peluid, karena penyempitan bronchus dan alveoli.

  1. Kemudian, beritahu pasien untuk mengucapkan satu, dua, …, catat bunyi resonan Vokal :
    • Bronkhofoni à meningkat, suara belum jelas ( misal : pnemonie lobaris, cavitas paru )
    • Pectoriloguy à meningkat sekali, suara jelas
    • Egovoni à sengau dan mengeras ( pada efusi pleura + konsolidasi paru )
    • Menurun / tidak terdengar à Efusi pleura, emfisema, pneumothorax





PEMERIKSAAN JANTUNG


Tempat Pemeriksaan :

·   Daerah prekordial  daerah thorax yang menutupi jantung
·   Pada daerah prekordium dan aorta diidentifikasi 5 daerah utama :
1.    Daerah aorta : terletak pada ICS 2 sisi strenum kanan ( terdapat katub aorta dan aorta )
2.    Daerah pulmonal : terletak pada ICS 2 sisi sternum kiri ( terdapat katub pulmo dan arteri pulmonalis ).
3.    Daerah trikuspidalis : terletak pada ICS 5 sisi sternum kiri.
4.    Daerah mitral:  terletak pada ICS 5 kiri mide clavikula line ( 5 – 7 cm dari sisi strenum kiri )
5.    Daerah ephigastrik : terletak dibawah prosesus xypoideus ( terdapat aorta desenden )


INPEKSI

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1.    Bentuk perkordial
2.    Denyut pada apeks kordis
3.    Denyut nadi pada daerah lain
1.    Denyut vena


Cara Kerja :

1.    buka pakaian dan atur posisi pasien terlentang, kepala ditinggikan 15-30
2.    Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi bahu pasien
3.    Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa
4.    Amati dan catat bentuk precordial jantung
Normal à  datar dan simetris pada kedua sisi,
Abnormal à  Cekung,  Cembung ( bulging precordial )

5.    Amati dan catat pulsasi apeks cordis
Normal à  nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2 cm ( selebar ibu jari ).
Sulit dilihatà payudara besar, dinding toraks yang tebal, emfisema, dan efusi perikard.
Abnormal -->  bergeser kearah lateroinferior , lebar > 2 cm, nampak meningkat dan bergetar ( Thrill ).

6.    Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal, trikuspidalis, dan ephygastrik
NormaL à  Hanya pada daerah ictus

7.    Amati dan cata pulsasi denyut vena jugularis
Normal tidak ada denyut vena pada prekordial. Denyut vena hanya dapat dilihat pada vena jugularis interna dan eksterna.






AUSKULTASI


Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1.   Irama dan frekwensi jantung
Normal : reguler ( ritmis ) dengan frekwensi 60 – 100 X/mnt

2.   Intensitas bunyi jantung
Normal :
·         Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1 akan lebih tinggi dari BJ 2
·         Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1 akan lebih rendah dari BJ 2

3.   Sifat bunyi jantung
Normal :
-  bersifat tunggal.
      - Terbelah/terpisah  dikondisikan ( Normal Splitting )
Ÿ  Splitting BJ 1 fisiologik
à Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “ Ekspirasi maksimal, kemudian napas ditahan sebentar” .
Ÿ  Splitting BJ 2 fisiologik
à normal Spliting BJ2, terdengar  “ sesaat setelah inspirasi dalam “
Abnormal :
·         Splitting BJ 1 patologik à ganngguan sistem konduksi ( misal RBBB )
·         Splitting BJ 2 Patologik : karena melambatnya penutupan katub pulmonal pada RBBB, ASD, PS.

4.   Fase Systolik dan Dyastolik
Normal : Fase systolik normal lebih pendek dari fase dyastolik ( 2 : 3 )
Abnormal : - Fase systolic memanjang / fase dyastolik memendek
                    - Tedengar bunyi “ fruction Rubà gesekan perikard dg ephicard.

5.   Adanya Bising ( Murmur ) jantung
à adalah bunyi jantung ( bergemuruh ) yang dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran abnormal ) dari aliran darah dalam jantung dan pembuluh darah.
Normal     : tidak terdapat murmur
Abnormal : terdapat murmur à kelainan katub , shunt/pirau

6.   Irama Gallop ( gallop ritme )
à Adalah irama diamana terdengar bunyi S3 atau S4 secara jelas pada fase Dyastolik, yang disebabkan karena darah mengalir ke ventrikel yang lebih lebar dari normal, sehingga terjadi pengisian yang cepat pada ventrikel
Normal     : tidak terdapat gallop ritme
Abnormal :
·         Gallop ventrikuler ( gallop S3 )
·         Gallop atrium / gallop presystolik ( gallop S4 )
·         Gallop dapat terjadi S3 dan S4 ( Horse gallop )

Cara Kerja :

1.    Periksa stetoskop dan gosok sisi membran dengan tangan
2.    Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah pulmonal, kemudian ke daerah aorta, simak Bunyi jantung terutama BJ2, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ1, splitting BJ2, dan murmur Bj2.

3.    Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah Tricus, kemudian ke daerah mitral, simak Bunyi jantung terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ2, splitting BJ1, murmur Bj1, frekwensi DJ, irama gallop.

4.    Bila ada murmur ulangi lagi keempat daerah, catat mana yang paling jelas.
5.    Geser ke daerah ephigastrik, catat adanya bising aorta.


PALPASI


Palpasi dilakukan pada 5 daerah utama : daerah pulmonal, aorta, trikuspidalis, mitral dan ephigastrika.

Hal – hal yang perlu diperhatikan:

1.  Pulsasi, lebar, letak dan kualitas denyutan :
2.  Thrill ( getaran ) : 
à Pulsasi denyut jantung teraba bergetar
3.  Lift/Heavy
     à  Adalah kondisi abnormal dimana jari-jari terasa terangkat saat palpasi.


Cara Kerja :

1.    Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan ringan, palpasi daerah aorta, pulmo dan trikuspidalis. catat : adanya pulsasi.
Normal à tidak ada pulsasi

2.    Geser pada daerah mitral, catat : pulsasi,  tentukan letak, lebar, adanya thrill, lift/heave.
Normal à terba di ICS V MCL selebar 1-2cm  ( 1 jari )
Abnormal à ictus bergeser kea rah latero-inferior, ada thriil / lift

3.    Geser pada daerah ephigastrik, tentukan besar denyutan.
Normal : teraba, sulit diraba
Abnormal : mudah / meningkat


PERKUSI

Dilakukan pada daerah prekordium untuk menentukan batas-batas jantung terutama batas jantung kiri.  Daerah prekordium pada perkusi terdengar redup.
Normal     : tidak terdapat pergeseran batas jantung
Abnormal :
·         melebar à  pembesaran jantung  ( Hypertropy Ven. Kiri ), aneuresma aorta, efusi perikard
·         Menyempità  emfisema.

 Cara Kerja :

1.    Lakukan perkusi mulai intercota 2 kiri dari lateral ( Ant. axial line ) menuju medial, catat perubahan perkusi redup
2.    Geser jari ke ICS 3 kiri kemudian sampai ICS 6 , lakukan perkusi dan catat perubahan suara perkusi redup.
  1. Tentukan batas-batas jantung 

PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK



Inspeksi

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

  • Bentuk, kesimetrisan, ukuran dan ketegangan
  • Adanya benjolan dan tanda radang
  • Adanya lesi
  • Keadaan putting susu
  • Tanda radang atau lesi ketiak.

Cara Kerja :

1.      posisi pasien duduk, pakaian atas dibuka, kedua tangan rileks disisi tubuh.
2.      Mulai inspeksi bentuk, ukuran dan kesimetrisan payudara
Normal : bulat agak simetris, kecil/sedang/besar
3.      Inspeksi, dan catat adanya : benjolan, tanda radang dan lesi
4.      Inspeksi areola mama, catat : warna, datar/menonjol/masuk kedalam, tanda radang dan lesi.
Normal : gelap, menonjol
5.      Buka lengan pasien, amati ketiak, Catat : lesi, benjolan dan tanda radang.


PALPASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

  • Adanya benjolan, konsistesi, mobilasi, ukuran
  • Nyeri tekan.
  • Keluaran

Cara Kerja :

  • Lakukan palpasi pada areola, catat : adanya keluaran, jumlah, warna, bau, konsistensi dan nyeri.
  • Palpasi daerah ketiak terutama daerah limfe nodi, catat : adanya benjolan, nyeri tekan.
  • Lakukan palpasi payudara dengan 3 jari tangan memutar searah jarum jam kea rah areola. Catat : nyeri dan adanya benjolan
  • Bila ada benjolan tentukan konsistensi, besar, mobilisasinya.













PEMERIKSAAN ABDOMEN



1, 3 = hypokondrium ka/ki
2     = ephigastrium
4, 6 = lumbal ka/ki
5     = umbilicus
7,9  = iliaka ka/ki
8     = hypogastrium

·   Hati terdapat  pada 1 dan 2
·   Lambung di daerah 2
·   Limfa di daerah 3
·   Kandung empedu pada batas 6 dan 2
·   Kandung kencing pada daerah 8
·   Apendik pada 7 dan bawah 6,5.
·   Bifurkasio aorta 2 cm bawah umbilicus ke kiri

 







                   1             2            3

                  
                  6              5            4

                    7            8           9      
 
Abdomen dibagi menjadi 9 regio :






















INSPEKSI

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
  • Kedaan kulit dan permukaan kulit
  • Bentuk perut
  • Gerakan dinding perut
  • Denyutan pada dinding perut
  • umbilikus

Cara Kerja :

  1. Kandung kencing dalam keadaan kosong
  2. Posisi berbaring, bantal dikepala dan lutut sedikit fleksi
  3. Kedua lengan, disamping atau didada
  4. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah sakit untuk dilakukan pemeriksaan terakhir
  5. Lakukan inspeksi, dan perhatikan  Kedaan kulit dan permukaan perut
Normalnya : datar, tidak tegang, Strie livide/gravidarum, tidak ada lesi
Abnormal :
·         Strie berwarna ungu à syndrome chusing
·         Pelebaran vena abdomen à Chirrosis
·         Dinding perut tebal à odema
·         Berbintil atau ada lesi à neurofibroma
·         Ada masa / benjolan abnormal à tumor

6.  Perhatikan bentuk perut
Normal : simetris
Abnormal :
·         Membesar dan melebar à ascites
·         Membesar dan tegang à berisi udara ( ilius )
·         Membesar dan tegang daerah suprapubik à retensi urine
·         Membesar asimetris à tumor, pembesaran organ dalam perut

7.   Perhatikan Gerakan dinding perut 
Normal : mengempis saat ekspirasi dan menggembung saat inspirasi, gerakan peristaltic pada orang kurus.
AbnormaL:
·         Terjadi sebaliknya à kelumpuhan otot diafragma
·         Tegang tidak bergerak à peritonitis
·         Gerakan setempat à peristaltic pada illius
·         Perhatikan denyutan pada didnding perut
·         Normal : dapat terlihat pada ephigastrika pada orang kurus
8.   Perhatikan umbilicus, catat adanya tanda radang dan hernia


AUSKULTASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
  • Bising dan peristaltic usus
  • Bunyi gerakan cairan
  • Bising pembuluh darah

Cara Kerja :

  1. Gunakan stetoskop sisi membrane dan hangatkan dulu
  2. Lakukan auskultasi pada satu tempat saja ( kwadaran kanan bawah ), cata bising dan peristaltic usus.
Normal : Bunyi Klikc Grugles “, 5-35X/mnt
Abnormal :
·         Bising dan peristaltic menurun / hilang à illeus paralitik, post operasi
·         Bising meningkat “ metalik sound “ à illius obstruktif
·         Peristaltik meningkat  dan memanjang ( borboritmi )à diare, kelaparan

3.   Dengan merubah posisi/menggerakkan abdomen, catat gerakan air ( tanda ascites ).
Normalnya : tidak ada
  1. Letakkan stetoskop pada daerah ephigastrik, catat bising aorta,
 Normal : tidak ada.


PERKUSI

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
  • Adannya tanda pembesaran organ
  • Adanya udara dan cairan bebas

Cara Kerja :

1.      lakukan perkusi dari kwadran kanan atas memutar searah jarum jam, catat adanya perubahan suara perkusi :
Normalnya : tynpani, redup bila ada organ dibawahnya ( misal hati )
Abnormal :
·   Hypertympani à terdapat udara
·   Pekak à terdapat Cairan

2.      lakukan perkusi di daerah hepar untuk menentukan batas dan tanda pembesaran hepar.
Cara :
·         Lakukan perkusi pada MCL kanan bawah umbilicus ke atas sampai terdengar bunyi redup, untuk menentukan batas bawah hepar.
·         Lakukan perkusi daerah paru ke bawah, untuk menentukan batas atas
·         Lakukan perkusi di sekitar daerah 1 da 2 untuk menentukan batas-batas hepar yang lain.


PALPASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
  • Ketegangan otot
  • Neyri tekan abdomen
  • Beberapa organ dan beberapa masa superficial

Cara Kerja :

1.      Beritahu pasien untuk bernapas dengan mulut, lutut sedikit fleksi.
2.      Lakukan palpasi perlahan dengan tekanan ringan, pada seluruh daerah perut
3.      Tentukan ketegangan, adanya nyeri tekan, dan adanya masa superficial atau masa feces yang mengeras.
4.      Lanjutkan dengan pemeriksaan organ

Hati
·         Letakkan tangan kiri menyangga belakang penderita pada coste 11 dan 12
·         Tempatkan ujung jari kanan ( atas - obliq ) di daerah tempat redup hepar bawah / di bawah kostae.
·         Mulailah dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran hepar, tentukan besar, konsistensi dan bentuk permukaan.
·         Minta pasien napas dalam, tekan segera dengan jari kanan secara perlahan, saat pasien melepas napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan bentuk permukaannya.

Normal : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam.
Abnormal :
·         Teraba nyata ( membesar ), lunak dan ujung tumpul à hepatomegali
·         Teraba nyata ( membesar ), keras tidak merata, ujung ireguler à  hepatoma

Lien
·         Letakkan tangan kiri menyangga punggung kanan  penderita pada coste 11 dan 12
·         Tempatkan ujung jari kanan ( atas - obliq )  di bawah kostae kanan.
·         Mulailah dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran limfa
·         Minta pasien napas dalam, tekan segera dengan jari kanan secara perlahan, saat pasien melepas napas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan bentuk permukaannya.

Normal : Sulit di raba, teraba bila ada pembesaran


   Tugas : cara palpasi ginjal



PEMERIKSAAN KHUSUS

Pemeriksaan ascites

1.      Test redup berpindah ( shifting dulnes )
·         Lakukan perkusi dari arah tengah ke luar, tandai perubahan suara tympani ke redup
·         Rubah posisi pasien miring, dan lakukan perkusi.
·         Bila ada perubahan tempat tympani ke redup à ascites

2.      Test Undulasi
·         Letakkan ujung tapa tangan di tengah abdomen, ketuk salah satu sisi abdomen dan rasakan adanya gelombang / gerakan air
Atau
·         Letakkan stetoskop pada sisi satu, sisi yang lain diketuk, dengar ada gerakan air yang memukul abdomen.


Nyeri Ketok Ginjal

·         Letakkan salah satu tangan pada sudut kosto-vertebra, lalu pukullah dengan sisi ulner kepalan tangan. Tanyakan kepada pasien nyeri atau tida saat di ketuk.



PEMERIKSAAN GENETALIA, RECTUM DAN ANUS


GENETALIA PRIA

Inspeksi
·         Pertama inspeksi rambut pubis, tentukan ; penyebaran dan pertumbuhannya
·         Inspeksi penis, catat : bentuk , ukuran, adanya lesi atau kelainan lain
·         Bila belum khitan, buka kulup penis, catat : kelainan dan lubang uretra ditengah, hypospadia, ephispadia.
·         Inspeksi skrotum, catat adanya kelainan
·         Atur posisi pasien miring, amati rectum, catat : ada lesi, benjolan, pelebaran vena

Palpasi
·         Palpasi penis dan skrotum, catat adanya nyeri tekan
·         Palpasi testis, tentukan elastisitas, besar. Normal : kenyal, licin, 2-4 cm

Tugas : inspeksi dan palpasi hernia


GENETALIA WANITA

  • Kosongkan kandung kencing
  • Inspeksi pubis, tentukan penyebaran dan pertumbuhan rambut
  • Amati kulit pubis , catat : adanya lesi dan benjolan
  • Amati labio mayora, buka dan amati labio minora, vagina, klitoris dan lubang uretra, catat adanya lesi dan benjolan/nodule




PEMERIKSAAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL

OTOT

Hal – hal yang perlu diperhatikan :
  • Bentuk, ukuran dan kesimetrisan otot
  • Adanya atropi, kontraksi dan tremor, tonus dan spasme otot
  • Kekuatan otot


UJi Kekuatan Otot

Cara kerja :
  • Tentukan otot/ektrimitas yang akan di uji
  • Beritahu pasien untuk mengikuti perintah, dan pegang otot dan lakukan penilaian.

Penilaian :

0  ( Plegia )   : Tidak ada kontraksi otot
1  ( parese )  : Ada kontraksi, tidak timbul gerakan
2  ( parese )  : Timbul gerakan tidak mampu melawan gravitasi
3  ( parese )  : Mampu melawan gravitasi
4  ( good )     : mampu menahan dengan tahanan ringan
5  ( Normal ): mampu menahan dengan tahanan maksimal


TULANG

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

  • Adanya kelainan bentuk / deformitas
  • Masa abnormal : besar, konsistensi, mobilitas
  • Tanda  radang dan fraktur

Cara kerja :
  • Ispkesi tulang, catat adanya deformitas, tanda radang, benjolan abnormal.
  • Palpasi tulang, tentukan kwalitas benjolan, nyeri tekan, krepitasi…


PERSENDIAN

Hal-hal Yang perlu diperhatikan :

  • Tanda-tanda radang sendi
  • Bunyi gerak sendi ( krepitasi )
  • Stiffnes dan pembatasan gerak sendi ( ROM )

Cara Kerja :

  • Ispeksi sendi terhadap tanda radang, dan palpasi adanya nyeri tekan
  • Palpasi dan gerakan sendi, catat : krepitasi, adanya kekakua sendi dan nyeri gerak
  • Tentukan ROM sendi : Rotasi, fleksi, ekstensi, pronasi/supinasi, protaksi, inverse/eversi,

PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Angkat Tungkai Lurus

  • Angkat tungkai pasien, luruskan sampai timbul nyeri, dorsofleksikan tungkai kaki
  • Abnormal : nyeri tajan ke rah belakang tungkai à ketegangan / kompresi syaraf


2.  Uji  CTS ( Carpal Tunnel Syndrome )

     Uji PHALEN’S
  • Fleksikan pergelangan tangan ke dua tangan dengan sudut maksimal, tahan selama 60 detik.
  • Abnormal : Baal / kesemutan pada jari-jari dan tangan.

     Uji TINEL’S
  • Lakukan perkusi ringan di atas syaraf median pergelangan tangan
  • Abnormal : ada kesemutan atau kesetrum

3.  Tanda BALON
Tekan kantung suprapatela dengan jari tangan, jari yang lain meraba adanya cairan.



PEMERIKSAAN SISTEM INTEGUMEN


KULIT

Inspeksi

1.   Warna kulit
Normal : nampak lembab, Kemerahan
Abnormal : cyanosis / pucat
2.  Tekstur kulit
Normal : tegang dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua )
Abnormal : menurun à dehidrasi, nampak tegang à odema, peradangan
3.  Kelainan / lesi kulit
Normal : tidak terdapat
Abnormal : Terdapat lesi kulit, tentukan :
     1.   bentuk Lesi
·         Lesi Primer : bulla, macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi, hypopigmentasi,  pustula
·         Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel, eskoriasi, lichenifikasi, scar, ulceratif.
     2.   distribusi dan  konfigurasinya.
General, Unilateral, Soliter, Bergerombol






Palpasi

1.  Tekstur dan konsistensi
Normal : halus dan elastis
Abnormal : kasar, elastisitas menurun, elastisitas meningkat ( tegang )
2.   Suhu
Normal : hangat
Abnormal : dingin ( kekurangan oksigen/sirkulasi ), suhu meningkat ( infeksi )
3.  Turgor kulit
Normal : baik
Abnormal : menurun / jelek à orang tua, dehidrasi
4. Adanya hyponestesia/anestesia
5.    Adanya nyeri


Pemeriksaan Khusus
AKRAL
  • Ispeksi dan palpasi  jari-jari tangan, catat warna dan suhu .
Normal : tidak pucat, hangat
Abnormal : pucat, dingin à kekurangan oksigen

CR ( capilari Refiil )
  • Tekan Ujung jari berarapa detik, kemudian lepas, catat perubahan warna
Normal : warna berubah merah lagi < 3 detik
Abnormal : > 3 detik à gangguan sirkulasi.

ODEM
  • Tekan beberapa saat kulit tungkai, perut, dahi amati adanya lekukan ( pitting )
Normal : tidak ada pitting
Abnormal : terdapat pitting ( non pitting pada beri-beri )


KUKU

·         Observasi warna kuku, bentuk kuku, elastisitas kuku, lesi, tanda radang
Abnormal :
  • Jari tabuh ( clumbing Finger ) à penykait jantung kronik
  • Puti tebal à jamur


RAMBUT TUBUH

  • Ispeksi distribusi, warna dan pertumbuhan rambut












PEMERIKSAAN SISTEM PERSAYARAFAN



PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK

1.  Sensasi Taktil

  • Siapkan alat kuas halus, kapas, ujung jari ( bila terpaksa )
  • Penderita dapat berbaring atau duduk rileks, mata di pejamkan
  • Lakukan sentuhan ringan ( jangan sampai menekan ), minta pasien “ya” bila merasakan dan “ tidak “ bila  tidak merasakan
  • Lakukan mulai dari ujung  distal  ke proksimal ( azas Ekstrem ), dan bandingkan kanan dan kiri ( azas Simetris ).
  • Cari tempat yang tidak berbulu, beri sentuhan beberapa tempat, minta pasien untuk membandingkan.
  • Lakukan sentuhan, membentuk huruf, minta pasien menebak.

Kelainan :
  • Anestesia, hipestesia, hiperestesia.
  • Trikoanestesia à kehilangan senasi gerak rambut
  • Gravanestesia à tidak mampu mengenal angka/huruf.

2.  Sensasi Nyeri superficial

  • Gunakan jarum salah satu runcing dan tumpul
  • Mata pasien dipejamkan
  • Coba dulu, untuk menentukan tekanan maksimal
  • Beri rangsangan dengan jarum runcing, minta pasien merasakan nyeri atau tidak
  • Lakukan azas ekstri, dan simetris.
  • Lakukan rangsangan dengan ujung tumpul dan runcing, minta pasien untuk menebaknya.

Kelainan :
Analgesia, Hypalgesia, hiperalgesia.

3.  Pemeriksaan sensasi suhu

  • Siapkan alat Panas ( 40-45 derajat ), dingin ( 5-10 )
  • Posisi pasien berbaring dan memejamkan mata.
  • Tempelkan alat, dan minta pasien menebak panas atau dingin
  • Lakukan azas simetris dan ekstrim

Kelainan :
Termastesia, termhipestesia, termhiperestesia, isotermognosia

4.  Sensasi Gerak dan posisi

  • Pasien memejamkan mata
  • Bagian tubuh ( jari-jari ) digerakkan pasif oleh pemeriksa
  • Minta pasien menjelaskan posisi dan keadaan jari




PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK

·         Posisi Tubuh
à postur hemiplegia, decorticate, deserebrate.
·         Gerakan involunter
à tremor, tiks, chorea ..
·         Tonus otot
à Spastis, kekakuan, flasid
·         Koordinasi
à Tunjuk hidung jari : perintahkan pasien menyentuk hidung dan jari bergantian dan berulang-ulang, catat adanya kegagalan.


PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
( Muscle Stretch )

Penilaian :
0     = negative
+1 = lemah ( normal )
+2 = normal
+3 = meninggi, belum patologik
+4 = hyperaktif, sering disertai klonus

1.    Reflek pada Lengan
·        Reflek Bisep
    • Pasien duduk santai.
    • Lengan lemas, sedikit fleksi dan pronasi.
    • Siku penderita diletakkan pada tangan pemeriksa
    • Ibu jari pemeriksa diletakkan pada tendo bisep, kemudian pukul ibu jari dengan perkusi hamer.
    • Amati gerakan lengan pasien

Hasil :
Kontraksi otot bisep, fleksi dan sedikit supinasi lengan bawah

·        Reflek Trisep
·         Pasien duduk santai.
·         Lengan lemas, sedikit fleksi dan pronasi.
·         lengan penderita diletakkan pada tangan pemeriksa
·         Pukul tendo pada fosa olekrani

Hasil :
Trisep akan kontraksi menyentak yang dirasakan oleh tangan pemeriksa

·        Reflek Brachioradialis
·         Posisi penderita duduk santai
·         Lengan relaks, pegang lengan pasien dan letakkan tangan pasien diatas tangan pemeriksa dalam posisi fleksi dan pronasi.
·         Pukul tendo Brachioradialis

Hasil :
Gerakan menyentak pada tangan




2.    Reflek pada tungkai
·        Reflek patella ( kuadrisep )
·         Posisi pasien duduk, denga kedua kaki menjuntai
·         Tentukan daerah tendo kanan dan kiri
·         Tangan kiri memegang bagian distal ( paha pasien ), yang satu melakukan perkusi pada tendo patella
                   
Hasil :
Ada kontraksi otot kuadisrep, gerakan menyentak akstensi kaki

·        Reflek Achilles
·         Pasien dapat duduk menjuntai, atau berlutut dengan kaki menjulur di luar meja
·         Tendo Achilles diregangkan, dengan menekkan ujung tapak tangan
·         Lakukan perkusi pada tendo, rasakan gerakan.

Hasil :
Gerakan menyentak kaki



PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS

·        Reflek Babinski
  • Posisi penderita terlentang
  • Gores dengan benda lancip tapi tumpul pada telapak kaki : dari bawah lateral, keatas menuju ibu jari kaki.
  • Amati gerakan jari-jari kaki

Hasil :
Normal : gerakan dorsofleksi ibu jari, jari yang lain meregang
Abnormal : terjadi gerakan mencekeram jari-jari kaki

Tugas : tehnik reflek Gordon, chadoc, ophenhein.


PEMERIKSAAN REFLEK MENINGEAL
( Meningeal Sign )

1. Kaku Kuduk
  • Pasien posisi berbaring
  • Fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat

Hasil : + terdapat tahanan kuat

2. Tanda kernig
  • Posisi pasien berbaring
  • Angkat kaki, dan luruskan kaki pada lututnya

Hasil :
Normal : kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut minimal 120 derajat
Abnormal ( + ) : terjadi tahanan < 1 20 dan nyeri pada paha.




3. Buzinsky 1
  • Posisi pasien berbaring
  • Fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat
  • Perhatikan gerakan tungkai kaki

Hasil : + bila terjadi fleksi tungkai, bersamaan dengan fleksi kepala

4. Buzinsky 2
  • Posisi pasien berbaring
  • Lakukan fleksi pada lutut kaki
  • Amati kaki sebelahnya

Hasil : + bila kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi


PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL

I ( olfaktorius )
  • pemeriksaan fungsi penghidu

II ( Optikus )
  • periksa fungsi penglihatan dan lapang pandang

II, III ( Optikus dan Okulomotoris )
  • periksa reaksi pupil terhadap cahaya

III, IV, VI ( Okulomotoris, trokleal, abdusen )
  • periksa gerakan bola mata

V ( trigeminal )
  • Raba kontraksi temporal
  • Periksa gerakan mengunyah à otot maseter
  • Periksa reflek kornea
  • Uji sentuhan dan nyeri pada wajah

VII ( fasialis )
  • Periksa gerakan otot wajah à tersenyum, mengkerutkan dahi, cemberut

VIII ( akustik )
  • Periksa fungsi pendengaran

IX, X ( Glusofaringius dan vagus )
  • Amati kesulitan menelan
  • Dengarkan suara
  • Amati naiknya langit-langit dg bunyi “ ah “
  • Amati gag reflek

XI ( Aksesoris )
  • Kaji kemampuan mengangkat bahu
  • Kaji gerakan berputar wajah

XII ( Hipoglosal )
  • Dengarkan artikulasi pasien
  • Julurkan lidah, amati adanya atropi, asimetris.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda
terimakasih telah berkunjung ke blog saya :)
semoga bermanfaat :)