BAB I
PENDAHULUAN
Angina (angina pektoris) merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen.Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung).Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri.
Angina pectoris disebut sebagai angin duduk atau angina karena orang yang mengalaminya dapat meninggal secara tiba-tiba. Mungkin pada saat duduk tiba-tiba orang tersebut meninggal. Angin duduk berhubungan dengan jantung. Karena tidak ada dalam istilah kedokteran, maka istilah yang mirip dengan yang dimaksud angin duduk adalah angina pectoris yang ditandai dengan rasa nyeri pada dada sebelah kiri.
Rasa nyeri dan dada terasa seperti ditekan dapat berlangsung mulai dari 5 menit sampai 30 menit. Rasa nyeri ini bisa menjalar sampai ke bahu dan lengan kiri Anda. Jadi pada intinya, angin duduk atau angina merupakan penyakit jantung iskemik, yang disebabkan berkurangnya pasokan oksigen maupun aliran darah ke jantung. Secara garis besar, rasa nyeri akibat kekurangan oksigen `dapat terjadi karena dua penyebab. Yang pertama, karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah di sekitar jantung yang membawa oksigen. Akibat dari penyempitan ini adalah kurangnya oksigen dari yang jumlah yang dibutuhkan. Penyebab kedua adalah adanya aktivitas berat yang mengakibatkan terjadinya lonjakan oksigen yang lebih dari pada biasanya. Aktivitas yang dapat menyebabkan lonjakan kebutuhan oksigen misalnya saat berolahraga, mendaki, atau saat mengalami stress.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)
Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang dintandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan didada depan.
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium dibandingkan kebutuhan mereka akan oksigen. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau kedaerah abdomen. Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen.
Jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri.
B. Etiologi atau penyebab
Etiolagi atau penyebab terjadinya angina pectoris adalah :
1. Ateriosklerosis
Aterosklerosis berbeda dengan arteriosklerosis dimana terjadi kelainan pada jaringan arteri sehingga dinding arteri menjadi keras dan kaku. Sedangkan aterosklerosis adalah suatu penyakit dari lapisan otot arteri yang berkembang perlahan-lahan, dimana lapisan dalam arteri menjadi tebal dengan adanya penimbunan lemak dan jaringan fibrosa. Arteri yang paling sering terlibat adalah pembuluh koroner dan serebral yang dapat mengakibatkan terjadinya infark miokard dan infark serebri (stroke).
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi
Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat,atau dengan kata lain, suplay kebutuhan ke jantung meningkat. Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner.
Penyebab lain dari angina pectoris adalah:
1. Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
2. Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
3. Stenosis subaortik hipertrofik
4. Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba).
C. Predisposisi
Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit jantung aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama.
Factor yang dapat mempengaruhi nyeri angina:
1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan O2 jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat nmengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan-makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenteric untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung.( pada jantung yang sudah sangat parah,pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin memburuk).
4. Sters atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung menigkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
D. Hal Yang Mendukung
Penyebab dari angina of effort adalah karena suatu penyempitan arteria koronaria proksimal yang bermakna (>75 %). Kalau penyempitan lumen arteria koroner oleh plak aterosklerotik tidak berat, peningkatan tahanan proksimal ini tentu dapat diatasi dengan dilatasi arteriol, yaitu reduksi tahanan perifer di cabang – cabang intramiokardial dari arteria koroner. Dengan demikian aliran koroner dapat memenuhi kebutuhan normal. Ini tidak dimungkinkan lagi pada penyempitan yang bermakna. Dilatasi arteriol koroner dan aliran darah koroner melalui pembuluh arteria koroner yang menyempit ini dengan cepat mencapai maksimum (cadangan koroner = coronary reserve). Penyebab dari angina istirahat sebetulnya banyak, dapat terjadi karena oklusi akut pada suatu cabang utama koroner, apakah oleh spasme atau trombus, atau yang lebih jarang peningkatan kebutuhan oksigen primer tanpa ada hubungannya dengan stress.
Penyebab angina pektoris lainnya adalah :
1. suplai oksigen yang tidak mencukupi ke sel-sel otot-otot jantung dibandingkan kebutuhan.
2. Ketika beraktivitas, terutama aktivitas yang berat, beban kerja jantung meningkat. Otot jantung memompa lebih kuat.
3. Jika beban kerja suatu jaringan meningkat maka kebutuhan oksigen juga meningkat; Oksigen ini dibutuhkan untuk menghasilkan energi kerja.
4. Jantung mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi terutama dari pembuluh darah koroner.
5. Saat beban jantung meningkat, pembuluh darah koroner akan melebar untuk memberikan aliran darah yang adekuat bagi kebutuhan otot jantung.
6. Namun jika pembuluh darah koroner mengalami kekakuan atau menyempit, otot jantung tidak mendapatkan suplai oksigen yang memadai bagi kerja jantung.
7. Otot jantung akan memproduksi jalur energy lain yang tidak menggunakan oksigen. Jalur energy ini menghasilkan asam laktat yang bersifat asam. Derajat keasaman otot jantung akan meningkat. Hal inilah yang menimbulkan rasa nyeri.
8. Apabila kebutuhan energi jantung berkurang,ketika aktivitas dihentikan, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan otot kembali ke proses wajar untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam laktat, maka nyeri angina mereda. Dengan demikian, angina pektoris merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.
Pengobatan angina pectoris dapat diberikan tablet nitroglycerine 5 mg subligual untuk diisap di bawah lidah, meningkatkan pemberian oksigen ( dengan meningkatkan aliran darah koroner ) dan menurunkan kebutuhan oksigen ( dengan mengurangi kerja jantung ).
E. Tanda dan Gejala
Gejalanya angina pectoris adalah :
1. Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).
2. Nyeri pada bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.
3. Nyeri pada punggung.
4. Nyeri pada tenggorokan, rahang atau gigi.
5. Nyeri pada lengan kanan (kadang-kadang).
6. Sakit dada sentral atau restrosentral yang dapat menyebar kesalah satu atau kedua tangan, leher atau punggung.
7. Nyeri dada,nyeri tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.
8. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang atau ke daerah perut, yang bisa disalahartikan sebagai gejala maag.
9. Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang dada) atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah ulu hati, leher, rahang, gigi, bahu.
10. Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.
11. Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat, aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
12. Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan jantung dan bukan angina pektoris biasa.
13. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.
Penderita dengan angina pektoris dapat dibagi dalam beberapa subset klinik.
1. Penderita dengan angina pektoris stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika pembuluh darah koroner yang tidak dapat melebar untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga. Pola sakit dadanya dapat dicetuskan kembali oleh kegiatan dan oleh faktor pencetus tertentu, dalam 30 hari terakhir tidak ada perubahan dalam hal frekwensi, lama dan faktor – faktor pencetusnya (sakit dada tidak lebih lama dari 15 menit). Angina pectoris stabil dibedakan antara lain :
a. Angina Nokturnal
Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat dikurangi dengan duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
b. Angina Dekubitus
Terjadi angina saat berbaring.
c. Iskemia tersamar
Terdapat bukti obyektif ischemia ( seperti tes pada stress tetapi pasien tidak menunjukkan gejala
2. Penderita dengan angina Prinzmetal (variant)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme (penyempitan terus-menerus) pembuluh darah koroner yang menimbulkan kekurangan oksigen jantung di bagian hilir.
3. Penderita dengan angina pektoris tidak stabil,
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal ; dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit pembuluh darah koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh plak yang tumbuh dan mudah mengalami penyempitan. Umumnya terjadi perubahan- perubahan pola : meningkatnya frekwensi, parahnya dan atau lama sakitnya dan faktor pencetusnya. Sering termasuk di sini sakit waktu istirahat, pendeknya terjadi crescendo ke arah perburukan gejala- gejalanya. Terjadi yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Angina Refrakter atau intraktabel. Angina yang sangat berat sampai tidak tertahan.
Yang termasuk dalam golongan angina pektoris yang tidak stabil, ialah :
1. Angina kresendo
2. Preinfarction angina
3. Angina pektoris yang timbul untuk pertama kali
4. Insufisiensi koroner akut
Angina pektoris yang tidak stabil dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, atau spasme, trombus atau trombosit yang beragresi.
Yang khas adalah bahwa angina:
1. Dipicu oleh aktivitas fisik.
2. Berlangsung tidak lebih dari beberapa menit.
3. Akan menghilang jika penderita beristirahat.
4. Emosi yang tidak terkontrol.
Angina seringkali memburuk jika:
1. Aktivitas fisik dilakukan setelah makan.
2. Cuaca dingin.
3. Stres emosional.
F. Manifestiasi Klinis
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
G. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0 yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
H. Pohon Masalah
ateroskle rosis dan/atau spasme pembuluh darah |
Pajanan terhadap dingin |
Stress |
Latihan Fisik |
Makanan Berat |
Adrenalin meningkat |
Vasokontriksi |
Aliran O2 arteri koronaria menurun |
Keb. O2 Jantung meningkt |
Aliran O2 meningkt ke mesentrikus |
Aliran O2 ke jantung menurun |
Jantung kekurangan O2 |
Ischemia otot jantung |
Nyeri |
Nyeri iskhemia |
Takut mati |
Perlu menghindari komplikasi |
Kurang pengetahuan berakibat deficit knowledge |
Cemas |
Cemas berakibat kematian |
Diperlukan pengetahuan tinggi |
Kontraksi jantung menurun |
Curah jantung menurun |
Gangguan Kontraksi |
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan
informasi tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yang bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya factor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang – kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang – kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang – kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
Elektrodiogram (EKG) mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap dari berbagai sudut pada permukaan kulit.
EKG dicatat sebagai garis-garis pada selembar kertas atau gambaran visual di layar osiloskop. Untuk mempermudah interpretasi EKG, maka data mengenai umur pasien, jenis kelamin, tekanan darah, tinggi badan, berat badan, gejala dan pengobatan (terutama digitalis dan bahan antidisritmia) harus ditulis pada surat permintaan EKG. Elektrodiografi terutama sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi yang berbeda dibanding fungsi normal, seperti gangguan kecepatan dan irama, gangguan hantaran, pembesaran kamar-kamar pada jantung, adanya infark miokard, dan ketidakseimbangan elektrolit.
b. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang – kadang tampak adanya klasifikasi arkus aorta.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGO atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes melitus yang juga merupakan faktor resiko bagi pasien angina pektoris.
J. Enzim jantung
Analilsis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil dignostik, yang meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram, untuk mendiagnosa infark miokard. Enzim dilepaskan dari sel apabila sel mengalami cedera dan membranya pecah. Kebanyakan enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak. Namun berbagai isoenzim hanya dihasilkan oleh sel miokardium dan dilepaskan bila sel mengalami kerusakan akibat hipoksia lama dan mengakibatkan infark. Isoenzim bocor ke rongga intersitial miokardium dan kemudian diangkut ke peredaran darah umum oleh sistem limfa dan peredaran koronaria, mengakibatkan peningkatan kadar dalam darah.
Karena emzim yang verbeda dilepaskan kedalam darah pada periode yang berbeda setelah infark miokard, maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim yang dihubungkan dengan awitan nyeri dada atau gejala lainnya. Kretinin kinase (CK) dan isoenzimnya (CK-MB) adalah enzim paling spesifik yang dianalisa untuk mendiagnosa infark jantung akut, dan merupakan enzim pertama yang mengikat. Laktat dehidrogenase (LDH) dan isoenzimnya juga perlu diperiksa pada pasien yang datang terlambat berobat, karena kadarnya baru meningkat dan mencapai puncaknya pada dua atau tiga hari, jauh lebih lambat dibanding CK.
K. Asuhan Keperawatan pada Angina Pectoris
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan ischemia miokardium.
b. Curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi.
c. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge.
2. Intervensi Keperawatan
Kriteria evaluasi :
a. Setelah dilakukan asuhan selama 1-3 jam diharap nyeri berkurang/hilang dengan kreteria:
1) Pasien dapat mengekspresikan bahwa nyeri berkurang/hilang secara verbal dan oral.
2) Tanda vital dalam batas normal.
3) Individu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk meningkatkan kenyamanan.
4) Gambaran EKG tidak ada segmen ST elevated/depresi.
b. Setelah dilakukan asuhan selama 1- 3 jam diharap curah jantung normal dengan kreteria:
1) Nyeri angina tidak ada.
2) Klien bertoleransi terhadap aktivitas.
3) Klien berpartisipasi dalam prilaku yang menurunkan curah jantung.
4) Tanda vital dalam batas normal.
5) Hipotensi orthostatic tidak ada.
6) Tidak ada suara nafas tambahan.
c. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1- 2 hari diharapkan kecemasan berkurang :
1) klien menyatakan ansietas
d. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan :
1) berpatisipasi dalam proses belajar.
2) Bertanggung jawab untuk belajar dan mencari informasi tentang penyakitnya.
3) Berpartisipasi dalam program pengobatan.
4) Melakukan perubahan pola hidup.
NIC :
a. Nyeri yang berhubungan dengan ischemia miokardium.
1) Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
2) Observasi pasien tentang skala nyeri atau ketidaknyamanan.
3) Gunakan flow sheet untuk memonitor nyeri terhadap efek pemberian obat angina.
4) Kaji tentang kepercayaan, kebudayaan, terhadap nyeri pasien dan responnya.
5) Managemen nyeri terhadap lokasi, karekteristik, onset, durasi, frekuensi, dan kualitasnya.
6) Observasi nonverbal pasien terhadap ketidaknyamanan.
7) Observasi gejala yang berhubungan dengan dispnea, mual/muntah, pusing,palpitasi.
8) Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan/lengan khususnya sisi kiri.
9) Posisikan pasien pada istirahat total selama episode angina.
10) Observasi tanda-tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina.
11) Ciptakan lingkungan yang tenang, nyaman bila perlu batasi pengunjung.
12) Berikan makanan yang lembut.
13) Kolaborasi :pemberian oksigen, nitrit, penyekat beta, Morfin sulfat.
b. Curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi.
1) Kaji tanda vital : blood pressure, status respirasi rate, nadi dan suhu.
2) Kaji status mental : disorentasi, bingung.
3) Catat warna kulit : cianosis, capillary refile.
4) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas terhadap perubahan : nafas pendek,nyeri, palpitasi, pusing.
5) Evaluasi respon pasien terhadap terapi O2.
6) Auskultasi bunyi nafas : bunyi tambahan dan bunyi jantung : mur -mur.
7) Pertahankan posisi tirah baring pada posisi yang nyaman selama episode akut.
8) Berikin periode istirahat dalam melakukn aktivitas keperwatan.
9) Tekankan untuk menghindari regangan : selama defekasi, batuk.
10) Pantau dan catat efek terapeutik/efek samping selama pemberian kalsium antagonis, beta bloker,dan nitrat.
11) Kolaborasi : pemberian kalsium antagonis
c. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian.
1) Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan : EKG, pemasangan monitor.
2) Tingkatkan ekspresi pasien terhadap takut : menolak, depresi, marah.
3) Anjurkan keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya.Beritahu pasien tentang program medis yang telah dibuat untuk menurunkan akan kematian menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
4) Klien menunjukkan strategi koping yang efektif serangan akan datang.
5) Kaji tanda vital.Kaji orientasi pasien : orang, tempat dan waktu
6) Kolaborasi : Pemberian sedative.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge.
1) Jelaskan kembali tentang perlunya mencegah serangan ulang.
2) Dorong klien untuk menghindari factor yang dapat sebagai pencetus episode angina : stress, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, perubahan suhu yang ekstrem.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber fisik dan stress dan diskusikan cara yang dapat mereka hindari.
4) Jelaskan pentingnya mengkontrol berat badan, menghentikan rokok. Perubahan diet dan olah raga.
5) Dorong pasien untuk mengikuti program yang ditentukan untuk pencegahan kelelahan.
6) Tunjukkan pada pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas
7) Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina : menghentikan aktivitas, pemberian obat,penggunaan teknik relaksasi.
8) Diskusikan tentang obat-obat yang sesuai dengan indikasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti.
Penyebab angina pectoris yaitu :
1. Ateriosklerosis
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ada tiga jenis angina pectoris yaitu, angina pectoris stabil, variant dan tidak stabil.
Pengobatan angina pectoris dapat diberikan tablet nitroglycerine 5 mg subligual untuk diisap di bawah lidah, meningkatkan pemberian oksigen ( dengan meningkatkan aliran darah koroner ) dan menurunkan kebutuhan oksigen ( dengan mengurangi kerja jantung ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda
terimakasih telah berkunjung ke blog saya :)
semoga bermanfaat :)