Jumat, 04 November 2011

HIDROSEFALUS

   BAB I
  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasisistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS.Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural.
Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal.Selain itu beberapa lesi intrakranial menyebabkan peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalendengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral. Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh tiga faktor:
a).peninggian tekanan intraventrikuler,
 b).penambahan volume CSS,
 c).dilatasi rongga CSS.
Secara keseluruhan, insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati 1 : 1000. sedangkan insiden hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang berbeda. Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital. Mujahid Anwar dkk mendapatkan 40 – 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus. Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis TB mengalami hidrosefalus, dengan catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi daripada anak-anak. Berdasarkan catatan medik di bagianIlmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Denpasar dari tahun 1991 s/d Desember 1993 telah dirawat 21 penderita hidrosefalus dimana 4 diantaranya adalah hidrosefalus kongenital.

B. Tujuan Penulisan
1.      Untuk melengkapi tugas Keperawatan Anak.

2.      Untuk menambah wawasan tentang mata kuliah Keperawatan Anak khususnya mengenai Hidrosefalus.
3.      Dapat mengetahui tentang penyakit Hidrosefalus.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Hidrosefalus adalah kelebihan akumulasi cairan serebrospinal didalam ventrikrl serebral, ruang arachnoid, atau ruang subdural (cindy smith, 1998)                  
Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid,atauruangsubdural(Suriadi,2006)
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).

B.     Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen Monroi, foramen Luschka dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Secara teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, tetapi dalam klinik sangat jarang dijumpai ; misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis. Berkurangnya absorpsi CSS yang pernah dikemukakan dalam kepustakaan pada obstruksi kronis pada aliran vena otak pada thrombosis sinus longitudinalis. Contoh lain ialah terjadinya hidrosefalus setelah koreksi bedah dari spina bifida dengan meningokel akibat berkurangnya permukaan untuk absorpsi. Penyebab penyumbatan untuk aliran CSS yang sering terdapat pada bayi ialah kelahiran bawaan (congenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan
C.    Manifestasi Klinis
Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak, bila tekanan yang meninggi ini terjadi sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intracranial yang meninggi dapat berupa muntah, nyeri kepala, dan pada anaak yang aagak besar mungkin terdapat udema pupil saraf otak II pada pemeriksaan fundus kopi. Kepala terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh. Ini dipastikan dengan mengukur lingkar kepala suboksipito-bregmatikus dibandingkan dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama. Lebih penting lagi ialah pengukuran berkala lingkar kepala, yaitu untuk melihat pembesran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal.
Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, teraba tegang atau menonjol. Dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar. Didapatkan pula craked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi kepala. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbita. Sklera tampak di atas iris sehingga iris seakan-akan matahari yang akan terbenam. Pergerakan bola mata yang tidak teratur dan nistagmus tidak jarang terdapat. Kerusakan saraf yang member gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran, motoris atau kejang, kadaang-kadang gangguan pusat vital, bergantung kemampuan kapala untuk membesar dalam mengatasi tekanan intracranial yang meninggi. Bila proses berlangsung lambat, mungkin tidak terdapat gejala neurologis walaupun telah terdapat pelebaran ventrikel yang hebat; sebaliknya ventrikel yang belum begitu meleebar akan tetapi berlangsung dengan cepat sudah dapat memperlihatkan kelainan neurologis yang nyata.

D.    Pathofisiologi
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri atas sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang meliputi seluruh susunan saraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh plekssus koroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan araknoid yang meliputi susunan saraf pusat. Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subaraaknoid melalui voramen Magendiedi median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV. Aliraan CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel III,dari tempat ini melaalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luscka dan Magendie ke dalam subaraknoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler.

E.     Komplikasi
1.      Peningakatan tekanan intrakanial ( TIK )
2.      Kerusakan otak sehingga IQ menurun
3.       Infeksi : septikimia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak.
4.       Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
5.       Kematian
F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a.       Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b.      Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2.       Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3.       Lingkaran Kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4.      Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5.      Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6.       CT Scan Pada Kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7.       MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

G.    Penatalaksanaan
                   Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1.      Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2.       Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3.       Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a.       Drainase ventrikule-peritoneal
b.      Drainase Lombo-Peritoneal
c.       Drainase ventrikulo-Pleural
d.      Drainase ventrikule-Uretrostomi
e.       Drainase ke dalam anterium mastoid
f.       Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4.       Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5.       Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.

Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
1.       Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2.        Internal
a.       CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b.      “Lumbo Peritoneal Shunt” CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

Teknik Shunting:
1)      Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2)      Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3)      Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4)      Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ® ujung distal setinggi 6/7).
5)      Ventriculo-Peritneal Shunt
a)      Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b)      Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosi

                                                           
                                                                       



BAB 111
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
A.    Pengkajian
1.      Pengumpulan Data
a.        Data demografi
1) Nama
2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia infant
3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki – laki
4) Suku/ bangsa
5) Agama
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
 Alamat
b.      Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran premature
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma
d.      Riwayat penyakit keluarga

2.      Pengkajian persistem
B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan
    nadi
B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat
pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan
perifer, strabismus, tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”, kejang
B4 (Bladder) : Oliguria
B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas
3.      Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Dari riwayat pertumbuhan dan perkembangan ini, kami mengambil kasus pada anak yang antara 0-3 bulan.
No Bayi Normal Bayi Hidrosefalus
a.       Mengangkat kepala setinggi 45 0 sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas bahkan kesulitan menggerakkan kepala
b.      Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah tidak dapat menatap ke atas, memiliki penglihatan ganda, alis mata dan bulu mata ke atas sehingga sclera telihat seolah – olah di atas Iris
c.       Melihat dan menatap wajah anda. Tidak mampu menatap dengan pandangan yang jelas,tidak dapat menatap ke atas
d.      Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh. Tidak ada tanda-tanda untuk bicara
e.       Suka tertawa keras Diam,muram
f.       Bereaksi terkejut terhadap suara keras Tidak ada respon terhadap stimulus apapun
g.      Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum. Tidak menunjukkan reaksi
h.      Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak Kurang bisa mengenali orang terdekat.
B.     Diagnosa Keperawatan
Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal.
Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria Hasil:
1.      Kesadaran Komposmetis
2.       Tidak terjadi nyeri kepala
3.      TTV normal
Intervensi Rasional
1.      Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer strabismus, Perubahan pupil)
2.       Pantau terus tingkat kesadaran anak
3.      Pantau terus adanya perubahan TTV
4.      Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan, untuk mengurangi peningkatan TIK
5.      Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
6.      Penurunan keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK
7.      Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke otak
8.      Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan cerebrospinal berkurang, sehingga TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan tidak terjadi pembesaran pada kepala
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena meningkatnya TIK
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak
Kriteria Hasil :
a.       Penurunan visus tidak bertambah lebih parah
b.      Anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya
Intervensi Rasional
a.       Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
b.       Membantu ADL pasien
c.       Membantu orientasi tempat
d.      Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang agar tidak cedera )
e.       Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu
f.       Ketidakmampuan dalam penglihatan tidak bertambah parah, klien tidak mengalami disorientasi tempat, Klien merasa nyaman dan aman
g.      Klien tidak banyak bergantung pada orang lain
Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Kriteria Hasil :
1)      Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat berkurang
2)      Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan dan perubahan pola hidup yang dibutuhkan
Intervensi Rasional
a)      Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
b)      Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
c)      Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
d)     Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
 Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif
Kriteria Hasil :
1)      Anak tidak sesak napas
2)       Tidak terdapat ronchi
3)       Tidak retraksi otot bantu pernapasan
4)       Pernapasan teratur, RR dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Posisikan klien posisi semifowler
2. Pemberian oksigen
3. Observasi pola dan frekuensi napas
4. Auskultasi suara napas 1. Klien merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas
2. Suplai oksigen klien dapat tercukupi sehingga klien tidak mengalami hipoksia
3.Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas
4. Untuk mengetahui adanya kelainan suara
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala
Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria Hasil :
 Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan sesuai dengan tahapan usia
Intervensi Rasional
1. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan
2. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak 1. Mempertahankan berat badan agar tetap stabil
2. Agar perkembangan klien tetap optimal
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt
Tujuan: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
Kriteria Hasil:
 TD dalam batas normal
 Tidak terdapat perdarahan
 Tidak terdapat kemerahan
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan warna kulit )
2. Lakukan rawat luka
3. Pantau asupan nutrisi
4.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik 1. Mengetahui penyebab terjadinya in
feksi
2. Mencegah timbulnya ifeksi
3. Asupan nutrisi dapat membantu menyembuhkan luka
4. Antibiotik dapat mencegah timbulnya infeksi
3.2.1 Intervensi Perawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
 Fokus intervensi keperawatan pada hospitalisasi adalah:
1) meminimalkan stressor
2) memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada anggota
keluarga
3) mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
1. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara :
a. Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
b. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
c. Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri
2. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
a. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
b. Modifikasi ruang perawatan
c. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
d. Surat menyurat, bertemu teman sekolah
3. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
a. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
b. Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
c. Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
d. Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan
kegiatan
4. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
a. Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan
rasa nyeri
b. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
c. Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
d. Tunjukkan sikap empatie. Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan
yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan
psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka
5. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
a. Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar
b. Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak
c. Meningkatkan kemampuan kontrol diri
d. Memberi kesempatan untuk sosialisasi
e. Memberi support kepada anggota keluarga.
6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
a.Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak
b. Mengorientasikan situasi rumah sakit.
 Pada hari pertama lakukan tindakan :
a. Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
b. Kenalkan pada pasien yang lain.
c.Berikan identitas pada anak.
d. Jelaskan aturan rumah sakit.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “ HIDROSEFALUS”. Kami selaku penyusun mengakui masih banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Ibarat pepatah mengatakan “ Tiada gading yang tak retak”, oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membimbing untuk kesempurnaan penyusunan makalah ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda
terimakasih telah berkunjung ke blog saya :)
semoga bermanfaat :)