Kamis, 01 Desember 2011

Salam Teraupetik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu
kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan
timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan
praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam programprogram
yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang
lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat
ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian
integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya
selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan
atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana
yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik.
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan
anggota tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu
menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya
sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan
emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya
sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba
putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan
demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung
gelisah atau takut.
Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan
maksud mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa
berupa teriak-teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat
disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar,
dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang
lembut.
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap
melakukan komunikasi dengan pasien.
Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan misalnya dengan bertanya “ada yang bisa saya
bantu ?” atau “bagaimana tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba
bagian tubuh pasien yang sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang bersahaja
tidak dibuat-buat dari seorang perawat dapat membantu pasien dalam proses
penyembuhan penyakitnya.
Sebagai contoh keluarga Pak ahmat bila ada salah seorang keluarganya
yang sakit selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit yang
lain, meskipun fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan kira-kira
penyebabnya apa sehingga keluarga Pak ahmat lebih memilih Rumah Sakit
Boromieus sebagai rumah sakit favorit keluarganya, ternyata alasannya lebih
banyak perhatian dan lebih cepat swembuh, karena pelayanan perawatan yang
diberikan lebih manusiawi.
Dari contoh keluarga Pak ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran
dan manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang
perawat mampu memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu
ditekankan bahwa kesan lahiriyah perawat mampu berbicara banyak. Maksudnya
mulai dari profil tubuh/wajah terutama senyum yang tulus dari perawat, kerapian
berbusana, sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi adalah cara berbicara
(komunikasi) sehingga terkesan low profile atau bertempramen bijak kesemuanya
ini mencirikan seorang perawat yang berkepribadian.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi terapeutik antara
perawat dengan pasien “
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih
mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas seharihari.
Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian
komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat.
Empat keharusan tersebut yakni:
1. Pengetahuan
2. Ketulusan
3. Semangat
4. Praktek
Pengetahuan
Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam
penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus
mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan
tugasnya setiap hari.
Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan
keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan
mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalam
proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan
yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.
Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedar
menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara
berkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan
penyuluhan kesehatan dimasayarakat, pertanyaan-pertanyaan dari warga
masyarakat akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut,
daripada menganggap tugas penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas
saja oleh karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang memiliki
pengetahuan yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasan
pengetahuannya terbatas.
Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja.
Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana,
mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk
melecehkannya atau mencemoohnya.
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering
berhadapan denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat.
Namun dengan sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu
meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan
pasien yang lainnya
Meskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang tinggi, namun seorang perawat
memperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi
penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baik
oleh pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji tapi tidak sedikit pula yang
merasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang telah diberikan, sehingga
muncul istilah suster judes.
“ Saya sering di bilang suster judes oleh pasien di sini mungkin karena
saya cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau minum obat
atau melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi lama kelamaan
kalau kitanya sabar , pasien juga akan mengeri sendir” ungkap suster “H” yang
bekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta terkenal di Bandung.
Tapi satu hal yang perlu kita garis bawahi, perawat tetaplah perawat, sosok
manusia yang bisa khilaf. Sedangkan yang membedakannya karena keahlian dan
ketulusannya dalam mebantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan
dengan penyakitnya.
Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan
seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat
mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh pasien
lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter ditaati
sepenuhnya oleh pasien.
Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula
melatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi
roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat
yang terus dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar
lagi.
Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk bekerjasama
karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini dapat disebabkan
kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan. Menghadapi
situasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan haruslah bijaksana
terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberikan
dorongan. Jadi, selain perawat harus bersemangat dalam bekerja juga memberikan
semangat kepada pasien.
Praktek
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup sekedar
teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribadi yang
tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah. Lingkungan
menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sementara
kepribadian perawat juga mendapat porsi yang sama.
Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara
maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan dalam rangka
praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencapai kondisi
yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkan
konsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga dengan
menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari seratus mundur hingga
mencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian ditambah lagi praktek
berbicara di depan umum akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku dan
berani tampil.
Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada
kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun di
puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal
kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting
memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik
tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan
dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara
digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi
penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.
3.2 Tujuan komunikasi terapeutik
Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :
a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran mempertahakan kekuatan egonya.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang
ada
c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif
dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala
komunikasi yaitu :


a. Tingkah laku perawat
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang
peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai
oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat beritaberita
tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak
sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan
sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
· Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang
diderita klien semata, sedangkan psikososial kurang
mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan yang
sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko
dan sosial.
· Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan
perkembangan keturunan.
· Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan
masalah yang ada hubungnnya dengan jiwa
· Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat
istiadat dari klien di dalam masyarakat.
c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan,
serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien
sehingga menghambat hubungan baik.
Saya sudah hampir 20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini,
walaupun gaji saya kecil tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para
pasien sering kali saya mendapat cacian dari pasien karena saya terlambat
memberikan pelayanan. Hal ini sering terjadi kalau saya piket malam karena
keterbatasan jumlah perawat yang piket kemudian permintaan pelayanan dari
pasien banyak sehingga kami kewalahan melayaninya dan berdampak pada
keterlambatan pelayanan ujar suster T
Sehingga sering kali karena terlambat kami menerima cacian dari pasien
dan takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta
pengertaian dari pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah artikan
kata-kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster cerewet atau suster
judes “ tambahnya
Hal inilah yang sering terjadi sehingga dapat menghambat terjalinnya
komunikasi terapeutik yang harmonis diantara perawat dan pasien
3.3 Proses Komunikasi terapeutik
Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan
komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :
Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator
yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam
makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien
dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan
pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.
Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan
dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini ialah
pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik
dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan
keberhasilan dalam melakukan komunikasi ( TAN, 1981:104).
Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan
salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa
kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila
pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan.
Moore dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan
komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41)
mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pesan harus direncanakan
2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak
3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami
5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.
Prinsip komunikasi terapeutik
Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai beberapa prinsip
yang sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu keterbukaan,empati,
sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.
3.4 Tahap interaksi pada komunikasi terapeutik
Wood mengatakan pada umumnya hubungan antar pribadi berkembang
melalui tahap-tahap yaitu :
1. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas dan pasien
terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik begitu penting karena
dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti
sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap.
Yang dapat dialkukan pada terapi ini menurut purwanto ialah pengenalan,
mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri pasien.
2. Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut purwanto
(1994: 25) dialkukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi
nmasalah yang ada, menurut De Vito (1997:24) komunikasi pada tahap ini
mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga
mngungkapkan diri kita. Pada tahap ini termasuk pada tahap persahabatan
yang menghendaki agar kedua pihak harus merasa mempunyai kedudukan
yang sama, dalam artian ada keseimbangan dan kesejajaran kedudukan.
Argyle dan Henderson dalam Liliweri (1997:55) mengemukakan,
persahabatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. membagi pengalaman agar kedua pihak merasa sama-sama puas dan sukses
2. menunjukan hubungan emosional
3. membuat pihak lain menjadi senang
4. membantu sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan
Purwanto (1994:26) mengatakan pada tahap komunikasi terapeutik ini harus
(1) melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada (2) meningkatkan
komunikasi (3) mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil
tindakan berdasarkan masalah yang ada. Secara psikologis komunikasi yang
bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.
3. Tahapan terminasi menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi
pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental
untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat
dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara
lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini
merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada
petugas. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas
dengan klien.
Menurut Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu
terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir
dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada
waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien
selesai menjalani pengobatan.
Penjelasan Perawat-Klien Baru datang
Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang adalah
meliputi :
1. Peaturan-peraturan rumah sakit
2. peraturan jam berkunjung
3. peraturan makan sehari 3 kali
4. makanan yang perlu dimakan (dietnya) atau bila ada keluarga yang
membawa makanan sendiri
5. bel dimeja bila keperluan memanggil perawat
6. jam kunjungan dokter
7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberitahu tempat kamar mandi, WC dan
sebagainya.
8. waktu jam mandi
9. Memperkenalkan teman klien sekamar (klien di bed sebelahnya).
Budi Pekerti Dalam Keperawatan
Budi pekerti keperawatan merupakan salah satu pendorong kekuatan
(stimulus) bagi perawat dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Karena dari
budi pekertilah yang menentukan martabat/derajat tinggi rendahnya sifat manusia
itu sendiri.
Kejujuran
Untuk keberhasilan suatu pekerjaan tergantung pada manusia yang jujur
dalam menjalankannya. Lebih-lebih pekerjaan di rumah sakit, di mana hidup dan
mati sering tergantung pada hal-hal yang remeh saja. Orang yang jujur dapat
menjamin kekekalan persahabatan, keberesan pekerjaan dan kehormatan.
Mempertebal kejujuran itu bukan suatu usaha yang mudah. Hal ini memerlukan
latihan intensif dari athun ke tahun yang sabar. Jujur serta bertanggung jawab
dalam mengurus klien setiap hari. Dalam dunia keperawatan kejujuran itu
mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan tindakan serta
pembicaraan adalah penting untuk klien dan lingkungannya.
Kejujuran dalam keperawatan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) :
1. Jujur terhadap pekerjaan misalnya mengenai pengobatan, laporan-laporan
yang berhubungan dengan keadaan pasien.
2. jujur terhadap lingkungan. Hal ini penting karena perawat dalam
melaksanakan pekerjaannya setiap hari selalu berhubungan dengan orang
banyak. Hendaknay jangan sekali-kali memiliki atau menggunakan barang
orang lain secara tidak sah tanpa ijin pemiliknya. Kejujuran ini penting
bagi perawat itu sendiri maupun bagi rumah sakit dan masyarakat umum.
3. Jujur dalam perkataan. Tidak membohong, melaporkan hal sebenarnya
tentang keadaan klien kepada atasan secara benar. Tidak menceritakan
kejengkelan orang lain ataupun mengadu domba.
Kejujuran dalam menunaikan tugas bagi perawat sangat penting karena
bertalian dengan keselamatan jiwa pasien. Mengisi status atau daftar mengenai
pasien harus tepat dan yakin akan ketepatannya.
Menuliskan suhu klien tidak bisa dikira-kira begitu saja karena
mengacaukan diagnosis nantinya tindakan demikian tidak jujur namanya. Jika
menemukan kesalahan dalam mengambil tindakan atau dalam pelaksanaan tugas,
hendaknya segera lapor kepada atasan atau kepala ruangan. Sehingga kesalahan
itu dapat segera dibetulkan/diperbaiki atau sekurang-kurangnya bisa
disederhanakan. Bila menemukan perawat tidak jujur dalam arti kata memalsukan
laporan atau membuat laporan tidak betul sehingga fatal bagi pasien seharusnya
tidak diberi tanggung jawab atau diskors sama sekali dari tugas-tugasnya. Karena
menjadi perawat tidak boleh sembrono dalam bertindak.
BAB IV
PENUTUP
Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu
dan mahluk sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di
bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan
segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan
dan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat,
senantiasa pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri.
Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap
pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini
akan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam
komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman..
DAFTAR PUSTAKA
Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia. Jakarta : Professional Book.
Djuarsa, sasa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka
Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT.Rosdakarya
Fisher Aubrey. 1997. Teori-teori Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Farouk.2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Teraju
Foster & Anderson.1986. Antropologi Kesehatan.Jakarta Penerbit UI
Kariyoso.1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat.Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
LittleJohn. 1999. Theories of Human Communication. United States of
America : Wadsworth Publishing Company.
Mulyana, Deddy.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya
Purwanto ,Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda
terimakasih telah berkunjung ke blog saya :)
semoga bermanfaat :)